Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) melihat adanya kemungkinan besar kredit macet atau tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) akan disumbang dari luar Pulau Jawa, seiring dengan tren pergeseran peminjam aktif (borrower) di industri financial technology peer-to-peer (fintech P2P) lending.
Ketua Umum AFPI Entjik S. Djafar mengatakan bahwa dengan tren pergeseran peminjam aktif pada fintech lending, maka proyeksi terhadap kredit macet (TWP90) akan sangat tergantung pada berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi regional, regulasi, dan praktik bisnis pinjol.
“Meskipun tidak dapat dipastikan dengan pasti, namun kemungkinan besar kredit macet akan disumbangkan dari luar Pulau Jawa. Hal ini disebabkan oleh penyebaran praktik fintech lending yang semakin meluas di berbagai daerah di Indonesia,” kata Entjik kepada Bisnis, Selasa (19/3/2024).
Namun, Entjik menambahkan bahwa perlu dipertimbangkan daerah di luar Pulau Jawa mungkin memiliki karakteristik ekonomi dan sosial yang berbeda, sehingga risiko kredit macet dapat bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
“Faktor-faktor seperti pendapatan rata-rata, tingkat pengangguran, dan stabilitas ekonomi lokal dapat mempengaruhi tingkat pengembalian pinjaman dan risiko kredit macet,” ungkapnya.
Kendati demikian, Entjik menjelaskan bahwa proyeksi yang tepat mengenai kredit macet dari luar Pulau Jawa akan memerlukan analisis mendalam yang melibatkan data terkini tentang perilaku peminjam, kualitas portofolio pinjaman, dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan peminjam untuk melunasi kewajibannya.
Baca Juga
“Oleh karena itu, diperlukan pemantauan terus-menerus dan analisis yang cermat untuk membuat proyeksi yang akurat mengenai tren kredit macet di luar Pulau Jawa dalam konteks fintech lending,” jelasnya.
Jika melihat data Statistik P2P Lending periode Desember 2023 yang dipublikasikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit macet atau TWP90 paling tinggi berada pada wilayah luar pulau Jawa, yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB) yang mencapai 5,91% pada akhir Desember tahun lalu.
Kemudian, wilayah Jawa atau tepatnya Jawa Barat menjadi lokasi kredit macet tertinggi kedua. Angkanya mencapai 3,82%. Disusul, DI Yogyakarta dengan TWP90 sebesar 3,32%, DKI Jakarta sebesar 3,12%, dan Jawa Timur sebesar 2,79% yang menjadi lima besar wilayah dengan kredit macet tertinggi per Desember 2023.
Secara agregat, OJK mencatat kondisi TWP90 di industri fintech P2P lending mencapai 2,93%. Rinciannya, kredit macet di wilayah Jawa sebesar 3,20%, sedangkan luar Jawa adalah 2,04%.