Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekan Biaya Dana, BTN (BBTN) Incar Porsi Dana Murah 55% pada 2024

Bank BTN (BBTN) mengincar dana murah untuk menekan biaya dana (cost of fund) perusahaan.
Logo baru Bank Tabungan Negara (BBTN)./Bisnis - Arlina Laras
Logo baru Bank Tabungan Negara (BBTN)./Bisnis - Arlina Laras

Bisnis.com, JAKARTA — Bank pelat merah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) membidik porsi dana murah atau current account saving account (CASA) sebesar 55% hingga akhir tahun ini.

Direktur Distribution and Institutional Funding BTN Jasmin menuturkan bahwa incaran dana murah itu dilakukan untuk menekan biaya dana (cost of fund) perusahaan.

“CASA tahun ini [porsinya] sekitar 55%, kalau tahun kemarin [porsinya] 53%,” kata Jasmin saat ditemui di Jakarta, Jumat (22/3/2024).

Jasmin menyampaikan bahwa saat ini, cost of fund BTN berada di kisaran 3,5%. Nantinya, perusahaan akan menurunkan CoF di bawah 3,5% pada akhir tahun. Namun, imbuh Jasmin, kondisi CoF BBTN juga sangat bergantung pada suku bunga acuan BI rate dan The Fed.

Adapun, strategi mengincar porsi dana murah yang dilakukan bank penyedia kredit pemilikan rumah (KPR) itu dilakukan dengan membidik segmen nasabah dengan simpanan rentang Rp100 juta—Rp500 juta atau nasabah segmen Emerging Affluent melalui BTN Prospera, baik nasabah baru maupun nasabah eksisting.

Jasmin mengatakan bahwa saat ini BTN memiliki nasabah potensi yang akan masuk ke segmen BTN Prospera sebanyak 35.000 nasabah dengan dana kelolaan mencapai Rp6,5 triliun. “Kami memiliki target yang agresif di akhir tahun ini akan bertambah [dana kelolaan] Rp8 triliun, artinya menjadi Rp14,5 triliun,” ungkapnya.

Nantinya, strategi yang dilakukan BTN adalah dengan mengoptimalkan nasabah eksisting, baik yang tengah melakukan skema KPR maupun sudah lunas, untuk masuk ke BTN Prospera. Hal itu dilakukan karena saat ini porsi dana ritel BTN cenderung sedikit atau sebesar 25%, sedangkan dana institusi/lembaga mengambil porsi 75%.

Di samping itu, Jasmin mengaku bahwa saat ini BTN juga tengah memacu produktivitas kantor cabang pembantu (KCP) untuk menghimpun dana pihak ketiga (DPK) ritel.

“Jadi DPK ritel porsinya akan besar, mungkin bisa 30–40%. Kalau tahun ini [DPK ritel] bisa 30% lebih bagus, harusnya bisa. Jadi [porsi DPK] lembaga [institusi] nggak boleh naik, tapi yang ritel harus naik,” ungkapnya.

Dia juga menyampaikan bahwa apabila biaya dana BTN turun, maka suku bunga KPR juga akan ikut turun. “Modal yang kita kasih bunga kredit itu murah atau enggak, semakin murah maka kami bisa semakin kompetitif, kita bisa ngasih bunga lebih rendah,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper