Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja bisnis wealth management PT Bank UOB Indonesia diprediksi dapat terdongkrak setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25%.
Bank UOB Indonesia diprediksi bakal tertekan imbas melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pertumbuhan atas segmen bisnis ini dinilai tidak sekuat tahun lalu, mengingat melemahnya mata uang domestik
Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret menuturkan faktor eksternal, terutama situasi global, berperan dalam menentukan arah bisnis wealth management. Adapun, jumlah dana kelolaan atau asset under management (AUM) UOB Indonesia berkisar Rp80 triliun.
“Situasi yang terjadi di luar negeri membuat bisnis wealth management dengan pelemahan rupiah sedalam ini belum bisa se-strong di tahun sebelumnya,” ujarnya pada awak media, Rabu (24/4/2024)
Dengan keputusan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan menjadi 6,25% dan perekonomian RI yang mulai membaik, Vera berharap dapat mendongrak kinerja bisnis wealth management untuk tetap tumbuh positif tahun ini, terutama di produk-produk seperti reksa dana.
Dirinya juga menyebut tidak ada peralihan instrumen dari para nasabah di tengah pelemahan rupiah. Sebaliknya, sejak tingkat suku bunga acuan mulai naik dalam beberapa tahun terakhir, nasabah lebih tertarik untuk berinvestasi di obligasi.
Baca Juga
“Nasabah aware kalau [pelemahan rupiah] ini sementara, dan ini menjadi kesempatan sebenarnya untuk melakukan averaging investasi,” ujarnya
Dengan strategi averaging investasi, Vera menilai saat ini nasabah mulai secara perlahan mengalokasikan uang mereka ke dalam investasi yang sedikit lebih berisiko, seperti saham.
Sebagaimana diketahui, mata uang rupiah ditutup naik ke level Rp16.155 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (24/4/2024) sesaat setelah Bank Indonesia memutuskan menaikkan suku bunga menjadi 6,25%.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan kenaikan sebesar 0,40% atau 65 poin ke level Rp16.155 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar tercatat 0,16% ke level 105,675.
Sebelumnya, Analis Pasar Uang Lukman Leong melihat prospek rupiah ke depannya masih akan tertekan oleh dolar AS yang menguat. Menurut Lukman, penguatan dolar AS masih akan berlangsung panjang.
"Penguatan dolar AS masih akan panjang tercermin dari pernyataan yang hawkish dari kepala The Fed Jerome Powell semalam jika mereka belum bisa menurunkan suku bunga karena inflasi yang masih tinggi," kata Lukman beberapa waktu lalu.