Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba multifinance atau leasing masih akan bertumbuh pada kuartal II/2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK Agusman menyebut pertumbuhannya mencapai 7–9% secara tahunan (year-on-year/yoy).
“Pada kuartal II/2024, perusahaan pembiayaan diproyeksikan akan mencatatkan laba dengan pertumbuhan di kisaran 7%–9% yoy,” kata Agusman dalam jawaban tertulis, Selasa (11/6/2024).
Agusman menyatakan pada awal kuartal II/2024 pun perusahaan pembiayaan sudah menunjukan profit. Berdasarkan data bulan April 2024, perusahaan pembiayaan mencatatkan laba sebesar Rp7,41 triliun, atau meningkat 8,32% yoy.
Sementara pada kuartal I/2024, laba multifinance meningkat mendapai 10,8% menjadi Rp5,79 triliun.
Perusahaan pembiayaan menghadapi berbagai tantangan. Termasuk di antaranya penjualan mobil baru yang turun hingga suku bunga naik. Meskipun demikian, bisnis multifinance yang mayoritas ditopang oleh pembiayaan kendaraan tak tergerus penurunan penjualana mobil.
Baca Juga
OJK bahkan mencatat pembiayaan kendaraan per April 2024 mencapai sebanyak Rp398,64 triliun. Angka tersebut meningkat sebanyak 13,09% yoy apabila dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pembiayaan untuk mobil baru khususnya juga masih menunjukan tren kenaikan dan masih menjadi penyumbang terbesar pembiayaan.
Adapun, OJK mencatat pembiayaan mobil baru mencapai sebanyak Rp150,69 triliun atau meningkat 10% yoy. Di sisi lain, mobil bekas mencapai Rp 83,72 triliun yang juga meningkat 25,82%. Untuk pembiayaan listrik tercatat sebanyak RP43,9 triliun yang mana berkontribusi 1% dari total penyaluran.
Pembiayaan kendaraan pun masih menjadi kontributor utama industri pembiayaan. Pada April 2024, pembiayaan kendaran berkontribusi sebanyak 77,70% dari total pembiayaan.
Sebelumnya, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengungkap kemungkinan dampak suku bunga Bank Indonesia (BI) terhadap penurunan laba perusahaan pembiayaan.
Sekretaris Jenderal APPI Sigit Sembodo mengatakan bahwa perjanjian pembiayaan bunganya selalu tetap. Dengan demikian, kemungkinan penurunan profit di tengah suku bunga BI tinggi bisa saja terjadi.
“Jadi bisa saja terjadi [terkait penurunan profit], tetapi balik lagi setiap perusahaan kan mempunyai strategi funding dan strategi lending yang bisa saja berbeda,” kata Sigit saat ditemui usai acara Buka Puasa Bersama PT Home Credit Indonesia di Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2024).