Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembiayaan Modal Ventura Anjlok 11,96%, Gara-gara Hantu Tech Winter?

Pembiayaan modal ventura terkoreksi sebanyak 11,96% yoy pada periode tersebut menjadi Rp16,21 triliun. Momok tech winter masih menghantui?
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa pembiayaan modal ventura terkoreksi pada Mei 2024. Pembiayaan modal ventura terkoreksi sebanyak 11,96% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada periode tersebut menjadi Rp16,21 triliun. 

Namun demikian, angka tersebut sedikit naik apabila dibandingkan dengan bulan April 2024 yakni Rp16,32 triliun. 

Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan pihaknya masih mendalami kedua segmen modal ventura.

Berdasarkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 25 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Modal Ventura dan Perusahaan Modal Ventura Syariah, perusahaan modal ventura dikategorikan menjadi dua segmen, yakni venture capital corporation dan venture debt corporation. 

Venture capital corporation merupakan perusahaan modal ventura yang fokus pada kegiatan penyertaan modal, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi/sukuk konversi, dan/atau pengelolaan dana ventura. 

Sementara venture debt corporation fokus pada pembiayaan melalui pembelian surat utang/sukuk yang diterbitkan pasangan usaha pada tahap rintisan awal dan/atau pengembangan usaha, pembiayaan, dan/atau pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.

“Kami masih mendalami breakdown pembiayaan diantara keduanya,” kata Eddi kepada Bisnis pada Minggu (14/7/2024). 

Eddi mengatakan untuk pembiayaan venture debt corporation kemungkinan terdampak kondisi makro ekonomi dan tingginya suku bunga bank. Sementara pada venture capital corporation, penurunan pendanaan memungkinkan lantara masih adanya tech winter.

Perusahaan modal ventura lebih selektif dalam berinvestasi. Untuk paruh kedua tahun ini, pihaknya berharap keadaan semakin membaik. 

“Semoga membaik dengan potensi turunnya in rates,” kata Eddi. 

Di sisi lain, meskipun tidak menyebutkan detail nominal pendanaan, Mandiri Capital Indonesia (MCI) mengaku masih tetap aktif untuk mencari opportunity investasi pada paruh pertama 2024, namun lebih selektif. 

Direktur Utama MCI Ronald Simorangkir mengatakan perusahaan lebih memfokuskan strategi startup untuk mencapai profitability, menilai seberapa kuat posisi produk/jasa yang diberikan startup di pasar, prospek perkembangan industri dari startup tersebut, dan kompetensi dari manajemen inti untuk membesarkan startup.

Dia juga menyebut bahwa MCI tidak memiliki target ataupun limitasi jumlah investasi di setiap periode. 

“Jadi MCI melihat prospek investasi secara opportunistic dan tidak periodic. MCI merupakan VC multi-stage yang bergerak di sektor agnostik. Oleh karena itu, MCI secara aktif melihat keseluruhan ekosistem startups dan mengidentifikasi startups yang memiliki prospek yang tinggi dan juga di beberapa kasus memiliki potensi synergy value yang besar,” kata Ronald saat dihubungi Bisnis pada Minggu (14/7/2024).

Memasuki semester II/2024, Ronald mengatakan MCI optimistis bahwa prospek pendanaan akan semakin membaik, terutama dengan adanya potensi penurunan suku bunga The Fed.

Dia berharap dengan penurunan suku bunga tersebut akan memberikan dampak positif bagi tren investasi, sehingga meningkatkan minat para investor untuk menanamkan modalnya. 

Seiring dengan ini, lanjut dia, MCI akan tetap prudent untuk memberikan investasi namun juga agresif dalam memanfaatkan segala opportunity yang muncul untuk memperkuat portofolio investasi kami.

Meskipun terdapat optimisme, Ronald menyebut industri modal ventura masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satu faktor utama yang menyebabkan kontraksi adalah penurunan fundraising value secara global. 

“Penurunan ini menyebabkan beberapa VC untuk mengurangi jumlah investasi yang diberikan kepada startups dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun, MCI akan terus berkomitmen untuk tetap aktif dalam memberikan investasi dan aktif berkolaborasi bersama startups dan partner kami untuk mendukung perkembangan ekonomi digital Indonesia maupun global,” tandasnya. 

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Digital Heru Sutadi  mengatakan bahwa pendanaan modal ventura di Indonesia akan bergantung pada pendanaan modal ventura secara global. Menurutnya sudah ada penurunan serta hanya diberikan kepada perusahaan yang berkembang ke depannya. 

“Pendanaan startup saat ini juga cukup seret, sudah banyak investor yang menarik uangnya kembali. Memang agak berat untuk pendanaan startup yang modelnya e-commerce, kecuali untuk hal yang baru misalnya internet of things, artificial intelligence, itu potensinya masih besar,” paparnya. 

Selain itu, Heru mengatakan bahwa situasi politik di Indonesia juga berpengaruh. Setelah Pemilihan Umum (Pemilu) selesai pada Februari silam, Indonesia juga masih menunggu transisi kepemimpinan pada Oktober mendatang.

“Banyak juga yang wait and see, apakah nanti ada hal yang baru, terutama dalam hal regulasi ini dapat mempengaruhi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper