Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan kendaraan roda empat yang melesu berdampak pada kinerja perusahaan pembiayaan atau yang lebih sering disebut multifinance (leasing).
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan kendaraan roda empat di pasar domestik dalam periode Januari-Juli 2024 mencapai 588.688 unit, turun 16,78% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan 707.422 unit pada periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Ketua Bidang Pengembangan Industri APPI Harjanto Tjitohardjojo mengatakan objek pembiayaan multifinance didominasi oleh segmen kendaraan.
Dia mengakui lesunya pasar otomotif berdampak pada turunnya pembiayaan di segmen tersebut. Tantangan lainnya adalah daya beli masyarakat yang sedang turun.
"Kita lihat dari customer-customer lama kita itu sudah ada yang delay bayar. Customer baru juga kualitasnya juga kurang baik saat ini. Istilahnya dulu 10 aplikasi masuk, mungkin yang kita tolak cuma tiga, yang tidak memehuhi syarat. Tapi sekarang terbalik, 70% tidak memenuhi syarat. Entah kena pinjol, atau apa gitu. Memang situasinya menantang tahun ini," ujarnya pada Bisnis, Selasa (13/8/2024).
Pemain industri leasing pun mengolah berbagai strategi untuk dapat menekan dampak penjualan kendaraan bermotor yang lesu. Strategi pertama, kata Harjanto, yaitu mencoba upgrade sistem.
Baca Juga
"Kita optimis daya beli masyarakat pasti akan rebound. Kedua, demografi kita cukup menunjang dengan jumlah penduduk 270 juta lebih, potensi kepemilikan kendaraan masih besar sekali, cuma memang momentum situasi tahun ini yang kurang baik. Tapi kita percaya tahun-tahun yang akan datang peluangnya besar," kata Harjanto.
Strategi berikutnya adalah mendorong pembiayaan di segmen refinancing atau pembiayaan kembali atas barang milik konsumen. "Jadi, nasabah tidak hanya butuh beli mobil tapi butuh uang untuk pendidikan, untuk renovasi rumah, untuk pernikahan, atau untuk umroh. Mereka butuh dana. Itu refinancing, atau BPKB mereka bisa pinjamkan kita, kita kasih pembiayannya. Itu yang skarang lagi cukup marak."
Hal tersebut dilakukan untuk mengimbangi pembiayaan sektor kendaraan yang turun. Selama ini, market share pembiayaan kendaraan dari seluruh objek pembiayaan 44-46% adalah dari sektor kendaraan.
"Kalau di industri memang mereka lagi concern ke situ, dengan mengimbangi penurunan di otomotif, itu yang salah satu secara industrinya gak jauh beda karena sama-sama agunannya aset, mobil atau motor," ujarnya.
Berdasarkan catatan Bisnis, sejumlah emiten multifinance mencatatkan penurunan laba sepanjang periode semester I/2024. PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) atau Clipan Finance, misalnya, mencatatkan laba periode berjalan sebanyak Rp128,2 miliar atau turun 80,26% secara tahunan dari Rp649,6 miliar per Juni 2023.
Sementara itu, PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) alias BFI Finance juga mencatatkan penurunan laba sebanyak 19,16% YoY dari Rp848,3 miliar per Juni 2023 menjadi Rp685 miliar.
Lebih lanjut, PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN) atau Mandala Finance mencatatkan penurunan 11,6% YoY menjadi Rp213,36 miliar pada semester I/2024 dari sebelumnya Rp241,54 miliar.
Setali tiga uang, Adira Finance atau PT Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) mencatatkan laba periode berjalan sebanyak Rp765 miliar pada Juni 2024. Angka tersebut turun 6,5% YoY dari perolehan laba perusahaan pada Juni 2023 sebesar Rp818 miliar.