Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kelas Menengah RI Susut, AFPI Pertimbangkan Koreksi Target Kredit Pinjol P2P

Prioritas utama bagi fintech P2P lending atau pinjaman online (pinjol) adalah menjaga kualitas aset dan meminimalisir risiko kredit macet.
Ilustrasi pinjaman online atau fintech lending./ Dok Freepik
Ilustrasi pinjaman online atau fintech lending./ Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menargetkan outstanding P2P lending atau pinjaman online (pinjol) sepanjang 2024 bisa tumbuh 7% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dibandingkan dengan realisasi pada 2023. Namun, asosiasi melihat adanya kemungkinan koreksi dari target ini.

Sebagai informasi, outstanding pembiayaan pinjol pada 2023 adalah senilai Rp59,64 triliun. "Mengingat situasi yang dinamis, koreksi terhadap target penyaluran pembiayaan tahun ini menjadi langkah yang sangat mungkin," kata Sekretaris Jenderal AFPI Tiar N. Karbala kepada Bisnis, Rabu (4/9/2024). 

Tiar mengatakan, prioritas utama bagi fintech lending adalah menjaga kualitas aset dan meminimalisir risiko kredit macet.

Dia menegaskan, pertumbuhan yang berkelanjutan dan sehat jauh lebih penting daripada mengejar target penyaluran yang terlalu agresif. 

Selain itu, Tiar mengatakan bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja industri.

Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan setidaknya 9,4 juta penduduk kelas menengah telah turun kasta ke kelompok aspiring middle class selama 2019 sampai dengan 2024 menjadi 47,85 juta. Secara tahunan, jumlah kelas menengah juga turun dari 2023 yang sebanyak 48,27 juta orang.

"Dengan berkurangnya jumlah kelas menengah, daya beli masyarakat secara keseluruhan juga menurun. Hal ini membuat banyak individu kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran kredit, terutama bagi mereka yang mengandalkan pendapatan tetap," kata Tiar. 

Kata Tiar, hal itu berkorelasi dengan kemampuan masyarakat memenuhi kewajiban membayar kredit mereka. Jika dibandingkan dengan data kredit macet di P2P lending, TWP90 per Juni 2024 mengalami penurunan menjadi 2,79% baik secara bulanan maupun tahunan.

Akan tetapi, TWP90 untuk kelompok usia produktif antara 35 sampai 54 tahun naik menjadi Rp557,34 miliar per Juni 2024, dari Rp541,26 miliar pada Juni 2023.

"Seringkali penurunan kelas menengah ini diiringi pula dengan peningkatan tingkat pengangguran, yang memperparah kemampuan masyarakat dalam membayar utang," tegasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar menargetkan outstanding pembiayaan online tahun ini bisa tumbuh dibanding pada 2023.  "Harusnya bisa ya, target kita growth di 7%," kata Entjik kepada Bisnis, Kamis (29/8/2024).

Target pertumbuhan tersebut relatif lebih kecil dibanding realisasi pertumbuhan outstanding pinjaman online dari 2021 hingga 2023 yang konsisten catatkan pertumbuhan dua digit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper