Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap akuisisi perusahaan pembiayaan atau multifinance oleh asing masih terus berlanjut jelang akhir tahun 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK Agusman mengungkapkan bahwa saat ini terdapat lima perusahaan yang telah melaporkan realisasi akuisisi oleh asing.
“Satu perusahaan pembiayaan sudah mendapat persetujuan akuisisi, di mana saat ini sedang dalam proses realisasi,” kata Agusman dalam jawaban tertulis pada Senin (16/12/2024).
Adapun, beberapa investor asing yang melirik akuisisi multifinance di Indonesia antara lain berasal dari Korea Selatan, Hong Kong, dan Jepang.
Tren akuisisi perusahaan multifinance oleh asing memang telah meningkat beberapa tahun terakhir. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) melihat bahwa langkah akuisisi yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir tersebut dinilai dapat memperkuat struktur permodalan perusahaan pembiayaan, sekaligus meningkatkan daya tarik industri ini bagi para investor asing maupun domestik.
Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno mengatakan pihaknya menyambut positif aksi akuisisi di industri multifinance. Dengan akuisisi, dia melihat bahwa banyak perusahaan-perusahaan asing yang ingin masuk. “Artinya, mereka melihat Indonesia sebagai potensi untuk mereka mengembangkan usahanya. Satu, dari sisi marketnya, pasarnya masih besar. Jumlah penduduk kita masih oke,” kata Suwandi saat dihubungi Bisnis, beberapa waktu lalu (29/10/2024).
Baca Juga
Suwandi mengatakan bisnis multifinance sebaiknya tidak hanya dinilai berdasarkan kondisi saat ini, tetapi juga potensi jangka panjangnya. Oleh karena itu, banyak raksasa keuangan asing tertarik untuk berinvestasi, termasuk dengan masuk ke perusahaan-perusahaan pembiayaan di Indonesia.
“Karena perusahaan pembiayaan sendiri kan masih banyak yang pemegang saham lokal, yang modalnya sendiri, yang kalau mau ekspansi butuh lebih besar. Tentu sebagai pemain besar masuk, nanti bergabung sama pemegang saham lokalnya tentu akan bisa bersinergi,” kata Suwandi.
Di sisi lain, Praktisi dan Pengamat Industri Pembiayaan dan Otomotif Jodjana Jody mengatakan akuisisi multifinance merupakan fenomena wajar. Terlebih menurutnya, ke depan akan ada kewajiban untuk memperkuat modal dan tata kelola. “Multifinance yang merasa berat memenuhi beberapa aspek kewajiban modal dan kepatuhan tentu harus mencari partner strategis agar usahanya bisa berjalan,” kata Jodjana.
Belum lama ini, perusahaan multifinance Tez Capital and Finance resmi diakuisisi oleh perusahaan jasa keuangan asal Jepang, Business Partner Co., Ltd. Chairman dan Founder Tez Capital, Arwin Rasyid, mengonfirmasi bahwa akuisisi tersebut telah selesai, dengan Business Partner Co., Ltd. mengambil alih 85% saham, sementara 15% sisanya tetap dipegang Tez Capital.
Kemudian, raksasa keuangan jepang lainnya, MUFG telah menguasai Adira Finance melalui akuisisi Bank Danamon pada 2018. MUFG juga mencaplok Home Credit Indonesia pada akhir 2023. Selanjutnya, pada triwulan I/2024 raksasa ini melalui entitas Adira Finance menyelesaikan pembelian Mandala Finance. Lalu, Bank BTPN mengakuisisi leasing Oto Multiartha dan Summit Oto Finance sebanyak Rp6,55 triliun.