Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) menargetkan aset bisnis syariah perseroan dapat menembus Rp100 triliun dalam 3 tahun mendatang. Target bisnis syariah itu merupakan rencana lanjutan setelah pemisahan atau spin-off Unit Usaha Syariah (UUS) BTN menjadi bank umum syariah baru rampung pada akhir tahun nanti.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menjelaskan bahwa perkiraan aset tersebut telah termaktub dalam corporate plan untuk menjadi bank syariah terbesar kedua di Indonesia, alias menjadi penantang PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).
“Perkiraan aset sekitar Rp100-an triliun, tiga digit target kita pada tahun ketiga awal [setelah bank syariah baru terbentuk],” katanya saat ditemui di Menara 1 BTN, Jakarta Pusat, dikutip pada Senin (9/6/2025).
Dia lantas menjelaskan BTN Syariah akan memiliki aset sekitar Rp67 triliun saat proses penyapihan UUS rampung pada kuartal terakhir tahun ini.
Jumlah tersebut diperoleh dari perkiraan pertumbuhan aset BTN Syariah serta dari akuisisi terhadap PT Bank Victoria Syariah. Aset BTN Syariah per kuartal I/2025 sendiri mencapai Rp61,19 triliun
Ketika ditanya apakah proyeksi perolehan aset Rp100 triliun itu telah mencakup peluang pertumbuhan anorganik lainnya, Nixon menggelengkan kepala. Menurutnya, pertumbuhan anorganik bergantung kebutuhan dan dinamika pasar, kendati perseroan tak menutup pintu terhadap aksi korporasi seperti akuisisi berikutnya.
Baca Juga
“Karena anorganik kan rezeki-rezekian, ya. Bisa dapat, bisa enggak. Tetapi kalau dengan pertumbuhan normal, di tahun ketiga itu harusnya sudah [menjadi bank syariah] nomor 2. Bahkan mungkin lebih cepat, enggak sampai tiga tahun,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo menyatakan bahwa BTN Syariah hasil spin-off nantinya akan menjadi bank syariah yang tetap dominan pada segmen perumahan, sebagaimana perusahaan induknya.
Meskipun demikian, pihaknya berencana mengembangkan pendanaan yang lebih kuat, khususnya dari segmen nasabah syariah konformis maupun konservatif. Lini bisnis konsumer dan retail turut menjadi perhatian untuk diperkuat.
“Dua segmen ini loyalitas terhadap perbankan syariahnya tinggi. Namun, untuk bisa masuk ke segmen ini, perlu adanya perbaikan di sisi teknologi digital, supaya mereka memang mau ber-bank di bank syariah baru yang kita miliki nanti,” paparnya.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan bahwa penyapihan UUS BTN menjadi bank umum syariah diharapkan dapat memperkuat struktur industri perbankan syariah menjadi semakin baik dan semakin kuat
Menurut Dian, langkah manajemen BTN ini sejalan dengan OJK yang juga mendorong terjadinya konsolidasi lain di perbankan syariah, terutama melalui aksi korporasi berupa spin-off, merger, ataupun akuisisi
“Diharapkan BTN Syariah dapat menjadi BUS dengan skala usaha yang diproyeksikan dapat tumbuh menjadi BUS besar yang bergerak di segmen pembiayaan perumahan,” jelas Dian baru-baru ini.