Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) menyebut akan memangkas jumlah perusahaan asuransi dalam naungan konglomerasi negara.
Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia Dony Oskaria menuturkan saat ini ada 18 perusahaan asuransi dalam keluarga besar Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Akan tetapi, perusahaan ini dalam skala bisnis yang relatif kecil dan membuat perusahaan tidak kompetitif bersaing dengan kawasan.
“Jasa Raharja punya insurance juga, kemudian Pertamina punya Tugu Insurance, BRI punya insurance, BNI punya insurance. Tapi tidak cukup size-nya, tidak kompetitif,” ujar Dony dikutip dari Antara, Kamis (19/6/2025).
Dia menyebutkan, penyederhanaan jumlah BUMN juga dilakukan untuk segmen lain seperti logistik hingga perhotelan.
“Sehingga akan terjadi konsolidasi bisnis dari tadinya 888 perusahaan BUMN, kita harapkan nanti menjadi tinggal di bawah 200 perusahaan yang memang kokoh kuat,” ujar Dony.
Dalam pemangkasan jumlah BUMN ini, Dony menjelaskan pihaknya menyiapkan dua tahapan. Pada langkah pertama Danantara melakukan fundamental business review terhadap perusahaan-perusahaan BUMN terkait. Hal ini sudah dilakukan oleh SWF milik negara itu.
Baca Juga
Tahap kedua, pihaknya akan melakukan konsolidasi bisnis dengan merampingkan atau melakukan merger terhadap perusahaan-perusahaan BUMN tersebut.
Dia mencontohkan lainnya yakni di sektor logistik, 18 perusahaan BUMN yang bisnisnya mirip dengan kapasitas yang masing-masing kecil di sektor tersebut. BUMN segmen logistik itu tidak ada yang bermain first mile, namun bermain di last mile dan middle mile, serta bermain dari ujung ke ujung namun tidak cukup kompetitif.
“Misalkan logistik ada Angkasa Pura Logistik, Pos Logistik, Kereta Api Logistik (KaLog), Pelindo Logistik, Semen Logistik, semua punya,” ujar Dony.
Sebelumnya, konsolidasi bisnis antara perusahaan BUMN seperti itu tidak dapat dilakukan karena tidak adanya interkorelasi, yang saat ini bisa dilakukan karena Danantara Indonesia merupakan pemilik dari perusahaan-perusahaan BUMN tersebut.
“Contohnya, misalkan kita punya 130 hotel yang tersebar di berbagai macam perusahaan yang juga tidak dikelola secara profesional. Nanti kita akan tarik hotel-hotel itu menjadi satu holding hotel. Sehingga kita menjadi operator hotel nomor dua terbesar di Indonesia. Ini sebagai salah satu contoh,” ujar Dony.
Dari sektor logistik, Dony mengatakan terdapat sekitar 18 perusahaan BUMN yang bisnisnya mirip dengan kapasitas yang masing-masing kecil di sektor tersebut. Masalahnya BUMN sektor logistik itu tidak ada yang bermain di first mile, namun bermain di last mile dan middle mile, serta bermain dari ujung ke ujung namun tidak cukup kompetitif.
“Misalkan logistik ada Angkasa Pura Logistik, Pos Logistik, Kereta Api Logistik (KaLog), Pelindo Logistik, Semen Logistik, semua punya,” ujar Dony.
Sampai saat ini, Ia mengatakan tahap satu sudah dilakukan oleh Danantara Indonesia, dan tahapan berikutnya ditargetkan akan terjadi konsolidasi bisnis sebanyak 4- 5 sektor industri pada tahun 2025, termasuk di dalamnya perusahaan BUMN sektor karya.
“Jadi, nanti perusahaan tol ya tol, perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor ya kontraktor. Properti ya properti. Nah ini akan terjadi proses yang signifikan dan luar biasa di dalam tata kelola perusahaan-perusahaan kita ke depan,” ujar Dony.