Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Melonggarkan Syarat Kredit Untuk Mengejar Target Akhir Tahun

Aspek kebijakan penyaluran kredit yang akan diperlonggar antara lain plafon kredit, suku bunga, dan agunan. Namun pada sisi lain, hasil survei BI memperkirakan jangka waktu dan biaya persetujuan kredit akan lebih ketat.
Nasabah melakukan transaksi perbankan di galeri Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, Jawa Barat, Senin (3/9/2018)./JIBI-Rachman
Nasabah melakukan transaksi perbankan di galeri Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, Jawa Barat, Senin (3/9/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Survei Bank Indonesia mengindikasikan penurunan kepercayaan diri bank dalam menjaga pertumbuhan fungsi intermediasi pada kuartal terakhir 2019. Para bankir pun merespons hal tersebut dengan strategi melonggarkan kebijakan penyaluran kredit guna mendorong pembiayaan tahun ini dalam kurun waktu yang tersisa.

Hal itu berdasarkan hasil survei perbankan yang dipublikasikan, Rabu (16/10/2019). Survei ini mengambil sampel secara purposive terhadap 40 bank umum dengan pangsa pasar kredit sekitar 80%.

Berdasarkan survei tersebut, pelonggaran kebijakan penyaluran kredit tercermin dari Indeks Lending Standard (ILS) pada kuartal IV/2019 sebesar 11,8%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, 12,0%.

Relaksasi ILS utamanya akan dirasakan oleh kredit kepemilikan rumah atau apartemen, kredit investasi, serta kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sementara itu, pada saat yang sama ILS kredit modal kerja justru naik dari 10,2% menjadi 11,1%.

Aspek kebijakan penyaluran kredit yang akan diperlonggar antara lain plafon kredit, suku bunga, dan agunan. Namun pada sisi lain, hasil survei BI memperkirakan jangka waktu dan biaya persetujuan kredit akan lebih ketat.

Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang menyampaikan intensifikasi penyaluran kredit pada akhir tahun merupakan strategi yang cukup relevan dilakukan oleh pelaku industri perbankan. Bank akan berupaya mencari celah menyalurkan dana kepada pihak ketiga, meski kondisi ekonomi lesu. 

"Walaupun sedikit, pastinya akan tetap ditingkatkan," katanya kepada Bisnis, Rabu (16/10/2019). 

Setidaknya, saat ini peluang pelonggaran yang dimiliki bank adalah penurunan suku bunga acuan bank sentral. Pemangkasan BI-7DRR sebesar 75 basis poin pada awal kuartal III/2019 memberikan sedikit ruang bagi perbankan.

Di sisi lain, perbankan juga masih melihat pelaku industri dari sektor produktif memiliki beberapa rencana pengembangan usaha yang potensial untuk dibiayai. Hal itu diikuti oleh rasio kredit bermasalah industri yang masih terbilang stabil.

"Ini yang membuat bank masih percaya diri untuk dapat sedikit menggenjot kredit. Bank kan juga punya target laba yang ingin di capai," katanya.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Hariyono Tjahharijadi mengatakan tahun ini hendak menggenjot pertumbuhan kredit UMKM hingga dua digit. Pasalnya bank membidik rasio kredit UMKM lebih kurang 10% pada penghujung 2019, naik signifikan dari posisi awal tahun kurang dari 2%.

Dengan demikian bank akan mengikuti kondisi pasar terkait kebijakan pelonggaran penyaluran dana. “Kurang lebih akan seperti itu juga [ikut melonggarkan kebijakan penyaluran kredit],” katanya kepada Bisnis, Rabu (16/10/2019).

Lebih lanjut, Haryono menjelaskan bahwa hal itu merupakan kebijakan dan strategi bank untuk meningkatkan penyaluran kredit. Semangat perbankan mendorong laju permintaan pembiayaan akan memberikan stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang belakangan stagnan pada kisaran angka 5%.

Presiden Direktur PT Bank Pan Indonesia Tbk. Herwidayatmo juga tidak menampik adanya sedikit intensifikasi kredit akhir tahun. Penerapan aturan loan to value (LTV) yang berlaku pada awal Desember 2019 akan meningkatkan permintaan kredit, baik di sektor produktif di sektor konstruksi maupun konsumer berupa kredit pemilikan rumah.

"Bank adalah institusi yang merupakan bagian dari suatu sistem ekonomi. Kita berharap dan melakukan yang terbaik saja, tetapi realisasinya masih harus ditunggu," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper