Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejumlah Perusahaan Asuransi Miliki RBC Ribuan Persen, Apa Artinya?

Pengamat asuransi dan Mantan Komisaris Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Irvan Rahardjo menjelaskan bahwa tidak terdapat ketentuan batas atas dari risk based capital (RBC). Yang ada hanya ketentuan batas minimal RBC dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120 persen.
Karyawan melintasi logo-logo perusahaan asuransi di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi logo-logo perusahaan asuransi di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perusahaan asuransi mencatatkan rasio solvabilitas atau risk based capital yang sangat tinggi. Selain mencerminkan kondisi keuangan yang sehat, apa artinya nilai RBC yang sangat tinggi itu?

Pengamat asuransi dan Mantan Komisaris Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Irvan Rahardjo menjelaskan bahwa tidak terdapat ketentuan batas atas dari risk based capital (RBC). Yang ada hanya ketentuan batas minimal RBC dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120 persen.

Saat ini besaran RBC menjadi perhatian baik dari masyarakat secara umum maupun para pelaku industri karena adanya sejumlah perusahaan yang memiliki rasio di bawah ketentuan. Meskipun begitu, sejumlah perusahaan justru memiliki catatan RBC sangat tinggi.

Berdasarkan riset PT Lifepal Technologies Indonesia, terdapat sejumlah perusahaan asuransi yang memiliki RBC tertinggi di industri asuransi jiwa. Pada kuartal I/2020, PT Hanwha Life Insurance Indonesia menjadi perusahaan dengan RBC tertinggi, yakni sebesar 5.624,2 persen.

Setelah itu, terdapat PT PFI Mega Life Insurance dengan RBC 2.047 persen, lalu PT Panin Dai Ichi Life (1.482 persen), PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia (1.122 persen), dan PT Central Asia Financial (1.009,7 persen). Lifepal pun mengurutkan capaian RBC dari 15 perusahaan lainnya, menyusul lima perusahaan teratas itu.

Menurut Irvan, RBC yang tinggi dari perusahaan asuransi dapat menunjukkan tidak adanya risiko di lain pihak atau mungkin sedikitnya rasio aset berbentuk investasi. Hal tersebut dapat terjadi karena perhitungan RBC merupakan nilai solvabilitas dibagi dengan modal minimum berbasis risiko (MMBR).

"Solvabilitas itu aset yang diperkenankan dikurangi dengan kewajiban, MMBR itu modal minimal yang dibutuhkan untuk menutup risiko-risiko seperti kegagalan aset, mismatch aset dan liabilitas, risiko kurs, risiko bunga, dan lain-lain. Kalau MMBR sebagai pembagi kecil maka RBC akan tinggi," ujar Irvan kepada Bisnis, Selasa (8/9/2020).

Irvan pun menjelaskan bahwa RBC yang sangat tinggi dari perusahaan asuransi dapat menandakan dua hal. Pertama yakni perusahaan tidak aktif beroperasi, artinya tidak memiliki piutang premi atau tidak memiliki risiko investasi operasional reasuransi.

"Kedua, bisa perusahaan aktif tetapi tidak punya piutang premi dan aset lainnya sangat besar, jauh melebihi liabilitas dan risiko mismatch yang minimal," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper