Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bankir Optimistis Kredit Sindikasi Kembali Semarak Tahun Ini

Pada masa pandemi 2020, perjanjian kredit sindikasi tercatat turun menjadi US$22,94 miliar.
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku industri perbankan optimistis pada tahun ini penyaluran kredit sindikasi akan lebih signifikan seiring dengan permintaan yang masih banyak sekaligus kualitas yang terjaga.

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto menyampaikan selama 2020 telah terealisasi 12 proyek sindikasi dengan total partisipasi BRI sebesar Rp16,4 triliun.

"Hingga saat ini ke-12 proyek tersebut memiliki performance kredit lancar," tegasnya kepada Bisnis, Jumat (8/1/2021).

Berdasarkan presentasi analyst meeting BRI, baki kredit untuk segmen korporasi BUMN dan Non-BUMN pada kuartal ketiga tahun ini masing-masing tercatat Rp86,5 triliun dan Rp95,8 triliun. Rasio kredit bermasalah masing-masing segmen adalah 1,32 persen dan 10,85 persen.

Aestika mengakui kredit korporasi bukan menjadi prioritas emiten berkode BBRI ini. Namun, dia menyebutkan perseroan memiliki cukup banyak debitur korporasi yang masih membutuhkan dukungan dan perseroan pun masih memiliki banyak ruang untuk ekspansi tahun ini.

Dia melanjutkan perseroan fokus penyaluran kredit sindikasi ke sektor usaha atau perusahaan yang memiliki rantai pasok guna mendukung pertumbuhan segmen UMKM, dan pemberian non-cash loan structure.

BRI juga akan memprioritaskan proyek-proyek infrastruktur pemerintah yang berdampak terhadap pemulihan dan pertumbuhan ekonomi.

Sebagai leader, dia menuturkan BRI juga akan fokus pada proyek-proyek hijau dalam rangka mendukung sustainable finance lebih lanjut.

"Strategi BRI dalam mendorong kredit sindikasi antara lain meningkatkan kerja sama dan kolaborasi khususnya dengan bank-bank asing dalam proyek sindikasi internasional untuk mendapatkan proyek-proyek yang berkualitas," imbuhnya.

Wakil Direktur PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Alexandra Askandar mengatakan permintaan kredit sindikasi nasional akan potensial tahun ini.

Dia menyampaikan pada paruh kedua tahun lalu, beberapa proyek sindikasi yang sebelumnya tertunda karena pandemi dan split operasional sudah mulai menggeliat. Proyek yang sebelumnya telah di proses dan sempat tertunda karena kondisi pandemi mulai berlanjut.

Para calon debitur dan investor yang sebelumnya masih put on hold untuk melihat dampak dari Covid-19 mulai menunjukkan peningkatan kepercayaan dengan keterlibatan banyaknya proyek-proyek sindikasi yang di-launching ke market sindikasi Indonesia.

"Kami optimis bahwa dengan dukungan banyak bank dan investor serta korporasi, maka pasar sindikasi Indonesia mulai ramai dan menggeliat kembali sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia," katanya.

Dia menuturkan faktor pendorong mulai ramainya sindikasi ini adalah kebutuhan financing debitur yang mulai meningkat dikarenakan kebutuhan operasionalnya yang sudah mulai berjalan meskipun belum kembali pada kondisi normal.

Perbankan pun sudah mulai melihat potensi beberapa sektor yang bertahan dari pandemic seperti telekomunikasi, FMCG, logistik, dan sektor lainnya.

"Selain itu beberapa bank besar juga mulai menyalurkan kreditnya kembali untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada 1 bulan terakhir tahun ini," ujarnya.

Direktur Utama PT Bank Mega Tbk. Kostaman Thayib pun memperkirakan kredit sindikasi masih akan cukup baik bagi perseroan.

"Untuk rencana bisnis kami, masih perlu meeting dengan OJK. Namun, tahun ini arahnya membaik dari 2020," katanya.

Kostaman menyampaikan dukungan kredit sindikasi perseroan masih sama yakni keutuhan infrastruktur dari proyek pemerintah. Selain karena kebutuhan yang besar, kualitas kredit ini cukup baik.

Adapun, kredit sindikasi emiten berkode MEGA ini masih sangat signifikan pada tahun lalu. Baki kredit sindikasi per kuartal ketiga 2020 mencapai Rp5,75 triliun naik hampir dua kali lipat dari posisi akhir 2019 yang tercatat Rp2,95 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper