Bisnis.com, JAKARTA - Agunan berupa barang berharga, tak lagi jadi soal buat meraih pinjaman modal kerja. Aset digital pun bisa jadi penggantinya.
Hal ini berlaku buat para perintis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang telah melek digital dan berminat melakukan pinjaman modal kerja dari para penyelenggara teknologi finansial (tekfin/fintech) penyalur pinjaman.
PT Lunaria Annua Teknologi atau KoinWorks menjadi salah satu fintech peer-to-peer (P2P) lending yang ikut menerapkan prinsip ikut mengutamakan aset digital tersebut dalam menggelar credit scoring untuk para peminjam (borrower) dalam platform-nya.
Chief Marketing Officer KoinWorks Jonathan Bryan menjelaskan pada prinsipnya aset digital merupakan salah satu support prinsip 5C dari credit scoring konvensional, yakni Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economic.
"Bagi UMKM, collateral itu belum ada. Jadi, aset digital dari 4C yang lain itu kami anggap bisa meng-cover potensi risiko tersebut. Data dari kerja sama kami dengan aplikasi lain, setidaknya bisa menggantikan," ujarnya, Rabu (20/1/2021).
Jonathan mencontohkan dari sisi karakter dan kapasitas UMKM misalnya, kerja sama dengan e-commerce jadi solusi paling umum bagi para fintech P2P lending dalam menilai UMKM.
Bagaimana kinerja keuangan mereka, bagaimana toko tersebut dari sisi review para pelanggannya, adakah pelanggan tetap yang bisa jadi pegangan, dan banyak indikator lain.
"Walaupun misalnya UMKM tersebut skalanya masih kecil, tapi kami lihat ada pelanggan mereka yang puas, beli lagi, beli lagi, that's how kita berani bilang bisnis mereka bagus dan layak kami salurkan pinjaman," tambahnya.
Kemudian, bagaimana potensi UMKM tersebut tumbuh, apakah mereka pernah stagnan dalam periode tertentu, bagaimana mereka beriklan, serta beragam aksi digital lain dari UMKM tersebut, KoinWorks bisa mengambil kesimpulan tersendiri terkait kelayakan mereka dalam mendapat pinjaman.
Sementara itu, dari sisi kapital, Jonathan mengungkap semakin rajin UMKM tersebut memanfaatkan platform layanan keuangan digital lain, maka akan semakin mudah pula mereka mendapat pinjaman.
Inilah kenapa KoinWorks pun seluas mungkin menggelar kerja sama dengan berbagai platform layanan keuangan digital lain tersebut, demi bisa 'mengintip' kinerja para UMKM yang bakal menjadi calon borrower tersebut.
Jonathan mencontohkan beberapa kerja sama tersebut, seperti platform Point of Sales (POS) digital untuk cafe atau restoran, apps pembukuan kas, serta jasa transportasi & logistik.
"Catatan keuangan digital mereka itu banyak membantu kami, selain dari e-commerce kami bisa tahu kapasitas mereka dari aplikasi POS seperti MOKA dan PAWON. KoinWorks juga menggandeng platform logistik. Sebagai contoh, dengan kerja sama ini, kami bisa tahu seberapa besar aset mereka di gudang digital tersebut untuk meyakinkan kami bahwa mereka layak," ujarnya.
Jonathan Kho, pengamat sekaligus mentor dan pelaku bisnis Digital SME E-commerce, menjelaskan bahwa melek digital bagi para pelaku UMKM merupakan keniscayaan.
Pasalnya, berjualan di toko online pun kini tidak bisa main-main karena semakin banyak aturan administratif yang akhirnya berpengaruh pada reputasi toko, dan mempersulit UMKM apabila ke depan ingin memperbesar omzet lewat pinjaman dari fintech P2P lending.
"Bayangkan, misalnya salah satu tantangan terberat kita itu on 24 jam. Beberapa e-commerce bahkan mensyaratkan kita harus balas chat paling lama beberapa jam, bahkan tengah malam sekalipun. Kalau tidak nantinya ada penalti dan mengurangi reputasi," ujarnya.
Oleh sebab itu, pria yang akrab disapa Om Botak ini menyarankan agar para pelaku UMKM digital terus belajar, memanfaatkan berbagai kemudahan teknologi untuk mensiasati tuntutan review para pelanggan dan e-commerce yang semakin ketat.
"Untungnya ada banyak teknologi dan aplikasi yang bisa kita manfaatkan. Ada yang membantu memproses orderan, pengelolaan beberapa toko dalam satu dashboard. Jadi simpel saja, mau pilih antara tidak tidur atau memanfaatkan layanan teknologi semaksimal mungkin?" tutupnya.