Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Relaksasi, Kredit Multifinance Bakal Terkerek?

Berdasarkan statistik Lembaga Pembiayaan OJK, piutang pembiayaan neto multifinance per Januari 2021 sebesar Rp365,72 triliun, tercatat turun 18,6 persen yoy.
Ilustrasi leasing kendaraan bermotor/www.raceworld.tv
Ilustrasi leasing kendaraan bermotor/www.raceworld.tv

Bisnis.com, JAKARTA - Sejak pandemi Covid-19 melanda, aset industri pembiayaan terus mengalami penurunan akibat terdorong nilai piutang pembiayaan neto yang terus menurun.

Berdasarkan statistik Lembaga Pembiayaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), piutang pembiayaan neto multifinance per Januari 2021 sebesar Rp365,72 triliun, tercatat turun 18,6 persen (year-on-year/yoy) dan belum pernah sekali pun naik sejak Maret 2020.

Berdasarkan kegiatan usaha, portofolio andalan di lini pembiayaan konsumen turun 19,6 persen (yoy) ke Rp220,2 triliun pada Januari 2020. Adapun, pembiayaan investasi Rp108,98 triliun tercatat turun 18,11 persen (yoy).

Piutang di lini pembiayaan modal kerja Rp24,95 triliun turun 5,54 persen (yoy), piutang di pembiayaan lain-lain nilainya naik 7,28 persen (yoy) kendati nilainya tak signifikan, hanya Rp176 miliar. Sementara piutang berdasar prinsip syariah turun paling dalam hingga 27,9 persen (yoy) menjadi Rp11,4 triliun.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa angin segar dari beragam relaksasi pemerintah dan otoritas yang mulai berlaku pada Maret 2021 ini memang bisa jadi momentum peningkatan.

Namun demikian, Suwandi menekankan bahwa beragam relaksasi ini tak akan berpengaruh banyak apabila penanganan pandemi dan daya beli masyarakat masih stagnan.

Oleh sebab itu, APPI belum berani memasang target pertumbuhan baru, proyeksi pertumbuhan aset piutang industri pada akhir 2021 masih dipatok naik 5 persen ketimbang 2020.

"Kami lihat lagi nanti berdasarkan tren pembiayaan pada kuartal II/2021. Banyak relaksasi di beberapa sektor, kami yakin tentu demand pembiayaan ada pertumbuhan. Namun, kalau daya beli masyarakat masih rendah, belum tentu deal, belum tentu juga perusahaan [pembiayaan] berani menyalurkan," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (2/3/2021).

Sekadar informasi, beberapa relaksasi dari pemerintah dan otoritas yang beririsan dengan penyaluran kredit oleh multifinance, terutama ada di sektor otomotif khususnya roda empat, pembiayaan multiguna, dan pembiayaan beragun properti.

Berikut kondisi terkini piutang pembiayaan leasing dari objek-objek tersebut per Januari 2021.

Dari sektor otomotif, lini bisnis pembiayaan mobil untuk konsumen merupakan piutang dengan nilai tertinggi di industri. Turun dalam sejak Februari 2020, tapi sempat naik pada kisaran Agustus 2020. Terkini, pada Januari 2021, tercatat turun 18,52 persen (yoy) menjadi Rp110,58 triliun.

Pembiayaan roda empat pengangkutan untuk sektor produktif pun mengalami hal serupa. Piutang di sektor ini belum pernah naik lagi sejak Maret 2020, dan terkini ditutup di Rp40,56 triliun atau turun 17,54 persen.

Kejutan berada di lini pembiayaan beragun properti yang biasanya digelar multifinance untuk bermain di sektor properti bekas atau rumah toko. Piutang di beberapa objek ini justru tercatat naik, terutama penyaluran di sektor produktif.

Sekadar informasi, beda dengan perbankan yang berani bermain di properti baru, terutama rumah tinggal, pembiayaan properti oleh multifinance bergantung dengan nilai atau harga aset properti tersebut yang nantinya berlaku sebagai agunan.

Objek piutang pembiayaan terkait properti oleh multifinance yang naik, berada pada lini rumah toko baru, yang pada Januari 2020 hanya Rp520 miliar, meningkat pada Agustus 2020 dan per Januari 2021 menjadi Rp3,79 triliun.

Selain itu, rumah toko bekas pun naik 21 persen (yoy) menjadi Rp308 miliar. Namun demikian, piutang rumah tinggal bekas pertama, yang jadi penyaluran andalan industri di sektor properti, kini nilainya Rp1,93 triliun atau turun 30,76 persen.

Suwandi mengungkap bahwa terkini, penyaluran ke properti dan pembiayaan konsumen lain yang bernilainya besar dengan tenor di atas 5 tahun, memang terus dikurangi multifinance. Segmen ini lebih banyak diambil perbankan yang tentunya punya keberanian dan kapasitas yang lebih besar.

Terakhir, di sektor yang berkaitan erat dengan barang multiguna tercatat 'melempem'. Misalnya, piutang alat rumah tangga nonelektronik turun 62,12 persen (yoy) menjadi Rp565 miliar saja, barang elektronik turun 44,53 persen (yoy) ke Rp3,2 triliun, sementara yang tergolong barang konsumtif lain-lain masih bisa naik 9,02 persen ke Rp5,11 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper