Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akuisisi Mega Finadana, Atome Financial Bidik Perluasan Layanan Paylater

Lewat akusisisi, PT Mega Finadana Finance kini telah resmi berganti nama menjadi PT Atome Finance Indonesia.
Ilustrasi Akuntansi - hartaku.com
Ilustrasi Akuntansi - hartaku.com

Bisnis.com, JAKARTA - Atome Financial mengincar perluasan lini bisnis kredit digital atau paylater selaku produk andalannya, lewat langkah mengakuisisi perusahaan pembiayaan PT Mega Finadana Finance.

Sekadar informasi, lewat akusisisi ini, PT Mega Finadana Finance kini telah resmi berganti nama menjadi PT Atome Finance Indonesia, yang secara otomatis membuat Atome Financial kini memiliki lisensi sebagai perusahaan pembiayaan atau multifinance.

CEO Atome Financial Indonesia Wawan Salum menjelaskan akuisisi ini memungkinkan Atome Financial dalam mengembangkan bisnis bidang pembiayaan barang konsumen di Indoensia. Ditambah, ekspansi lintas bisnis pun bisa tercipta lewat strategi mendapatkan izin sebagai multifinance.

"Akuisisi ini merupakan bukti dari komitmen untuk mengembangkan bisnis kami di Indonesia, dengan tujuan melayani mitra serta konsumen kami dengan lebih baik dalam memberikan pilihan pembiayaan dan pinjaman yang disesuaikan," ujar Wawan dalam keterangan resmi, Senin (5/3/2021).

Sekadar informasi, Atome yang perusahaan penyedia layanan 'beli sekarang, bayar nanti' yang berkantor pusat di Singapura dengan kantor tambahan di Indonesia dan Cina ini telah masuk ke Indonesia pada pertengahan 2020, dan telah melayani pangsa Paylater di Singapura, Malaysia, Indonesia, Hong Kong, dan Cina.

Atome merupakan singkatan dari 'Available to Me', bagian perusahaan big data dan AI Seri C, yaitu Advance Intelligence Group dengan pengalaman kinerja di Singapura, dan telah bermitra dengan lebih dari 1.500 retailer online dan offline terkemuka di bidang fashion, kecantikan, gaya hidup, kebugaran, dan peralatan rumah tangga.

Atome Financial memiliki misi untuk mendobrak batas perbankan tradisional dan mempromosikan inklusivitas keuangan melalui teknologi cerdas buatan.

Wawan menjelaskan bahwa pihaknya tengah berada posisi yang unik dalam memperluas layanan di Indonesia, dan terus mencoba mempercepat inklusi keuangan di antara segmen populasi yang tidak memiliki akses perbankan.

Sejak tahun 2017, Atome Financial juga telah menjalin kemitraan dengan beberapa lembaga keuangan terkemuka di dunia yang menyediakan lebih dari USD200 juta dalam pendanaan dan fasilitas kredit guna mendorong inklusi keuangan.

Terkini, Wawan mengungkap pihaknya telah berhasil memposisikan diri dengan kuat untuk terus berkembang di tengah Pandemi Covid-19.

"Secara kumulatif, kami telah melayani lebih dari 5 juta pengguna dan telah memberikan pinjaman lebih dari USD1 miliar untuk memberdayakan pedagang dan konsumen. Akuisisi ini tidak hanya akan mempercepat ekspansi bisnis kami yang pesat, namun juga berkontribusi pada ekosistem pinjaman dan pembiayaan yang lebih kuat dan sehat di Indonesia," tambah Wawan.

Sekadar informasi, Atome Financial terdiri dari dua unit bisnis utama, yaitu Atome selaku multifinance dan Kredit Pintar selaku penyedia layanan fintech peer-to-peer (P2P) lending.

Atome menjalin kemitraan dengan beberapa grup ritel dan platform e-commerce terbesar di Indonesia seperti PT Mitra Adiperkasa Tbk yang mencakup Sephora, Zara, Mango, Pull & Bear, Marks & Spencer, Food Hall, dan lainnya.

Serta, JD.ID, dan iStyle dalam menawarkan opsi beli-sekarang, bayar-nanti (buy-now pay-later) dengan opsi pembayaran bunga 0 persen selama 3 atau 6 bulan di seluruh kategori fashion, kecantikan, gaya hidup, kesehatan, dan kebugaran.

Sementara itu, Kredit Pintar merupakan salah satu aplikasi pinjaman digital terkemuka di Indonesia yang sudah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan lebih dari 10 juta pengguna aplikasi seluler dan peringkat 4,8 di Google Play Store. Baru-baru ini, Kredit Pintar juga dianugerahi sebagai Top Brand Award 2021 oleh Frontier Group dan Majalah Marketing.

Menanggapi fenomena akuisisi multifinance, Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bambang W Budiawan menilai tren perusahaan teknologi mencaplok multifinance justru baik bagi industri.

Pasalnya, tren ini secara tak langsung ikut membantu multifinance dengan pangsa pasarnya kecil, kalah saing, atau masih kekurangan modal, menjadi bertumbuh lewat

"Maka, OJK mendukung pengambilalihan multifinance oleh strategic investor dalam rangka memperkuat kapasitas permodalan dan daya saing multifinance dalam kondisi persaingan yang semakin ketat," jelasnya kepada Bisnis.

Menurutnya, pengambilalihan multifinance oleh perusahaan berbasis teknologi dapat membuka peluang pasar yang lebih luas bagi multifinance karena masyarakat dapat mengakses fasilitas pembiayaan melalui gadget tanpa harus datang secara fisik ke kantor cabang.

"Saat ini masih ada beberapa perusahaan berbasis IT sedang melakukan proses pengambilalihan atas multifinance. Jenis PP yang diincar oleh mereka pun cukup variatif. Pada intinya, mayoritas perusahaan berbasis teknologi tersebut mengincar PP yang mau berinovasi dan mampu beradaptasi dengan target market yang baru saat ini," tambahnya.

Menurut OJK, perusahaan teknologi biasanya telah siap dengan inovasi dan teknologi yang baik, sehingga hanya membutuhkan fondasi perusahaan yang kokoh agar mereka dapat masuk dan beradaptasi ke dalam industri pembiayaan secara cepat, sehingga bisa fokus dalam pengembangan bisnis pembiayaan berbasis teknologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper