Bisnis.com, JAKARTA -- Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) terakselerasi cukup kuat pada paruh pertama tahun ini. Penerapan PPKM darurat akan menjadi tantangan yang berat, tetapi perbankan diperkirakan mampu mengakselerasi kredit wong cilik pada akhir tahun.
Penyaluran KUR per awal Juli 2021 telah mencapai Rp128,46 triliun, atau sudah mencapai 50,77 persen dari target 2021 senilai Rp253 triliun. Sejauh ini, KUR telah diberikan pada 3,45 juta debitur. KUR ini terdiri dari KUR Super Mikro 5,88 triliun, KUR Mikro Rp78,36 triliun, KUR Kecil Rp44,20 triliun, dan KUR TKI Rp22,85 miliar.
Jika dibandingkan dengan realisasi Juli 2020, maka penyaluran hingga awal bulan ini mengalami kenaikan. Pada Juli 2020, realisasi penyaluran KUR tercatat senilai Rp93,36 triliun atau 49,14 persen dari target senilai Rp190 triliun. Jumlah ini disalurkan kepada 2,74 juta debitur.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan kinerja ekonomi pada paruh pertama tahun ini tergolong longgar, terutama pada kuartal kedua. Hal itu membuat banyak pelaku mikro yang mencoba memanfaatkan subsidi pemerintah untuk kembali meningkatkan kembali kapasitas produksinya.
Lagi pula pemerintah juga banyak menerapkan insentif tambahan dari program KUR yang membuat perbankan juga mendorong program ini.
"Memang kondisi ekonomi longgar dan perbankan juga didorong pemerintah untuk menyalurkan kredit lebih agresif," katanya, Jumat (12/7/2021).
Bhima menyampaikan penerapan PPKM darurat tentu akan membuat akselerasi KUR menjadi terhambat. Terlebih, penerapan PPKM dilakukan pada kota-kota besar yang memiliki penyerapan KUR kuat.
Namun, dia menyampaikan bank pelaksana masih mampu mengakselerasi KUR setelah penerapan PPKM, terutama pada kuartal keempat tahun ini.
Lagi pula, kredit ini juga diperlukan untuk membuat ekonomi kelas bawah tetap bergerak sembari menunggu pemulihan ekonomi yang lebih agresif. Kualitas KUR juga tampak masih sangat terkedali.
"Hanya saja, kami tetap berharap penyaluran program ini lebih banyak diberikan kepada pelaku usaha yang fokus pada produksi karena memiliki multiplier effect yang lebih besar terhadap kinerja ekonomi," imbuhnya.