Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transformasi BRI Agro: Setop Kredit Menengah, Fokus Gig Economy

BRI Agro (AGRO) akan berfokus pada kredit jangka pendek maksimal satu tahun, dengan segmen yang disasar adalah gig economy atau sektor pekerja informal.
Karyawan melakukan aktivitas di kantor cabang PT BRI Agroniaga Tbk, Jakarta, Rabu (26/9/2018)./JIBI-Endang Muchtar
Karyawan melakukan aktivitas di kantor cabang PT BRI Agroniaga Tbk, Jakarta, Rabu (26/9/2018)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – Langkah transformasi PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (AGRO) menuju bank digital akan mengorbankan produk kredit menengah, dan berfokus untuk menyasar segmentasi pasar baru, yaitu gig economy.

Direktur Utama BRI Agro Kaspar Situmorang mengatakan komitmen untuk menjadi bank digital tercermin dalam aksi perseroan, yang saat ini tidak lagi berfokus pada kredit korporasi di atas Rp1 miliar.

“Oleh sebab itu, sejak awal tahun ini, kami sudah melakukan penyetopan untuk melayani di segmen menengah, sehingga kredit-kredit korporasi di atas Rp1 miliar sudah tidak ada lagi,” ujarnya dalam paparan publik, yang digelar secara virtual, Senin (27/9/2021).

Kaspar menuturkan langkah tersebut menunjukkan komitmen perseroan untuk memperbaiki kualitas aset. Ke depannya, AGRO akan berfokus pada kredit jangka pendek maksimal satu tahun, dengan segmen yang disasar adalah gig economy atau sektor pekerja informal.

Dalam paparannya, Kaspar menuturkan setiap tahunnya jumlah gig economy workers di Indonesia meningkat secara konsisten. Laju tersebut juga semakin didorong oleh keadaan pandemi Covid-19.

Sebagai gambaran, jumlah gig economy workers meningkat sebesar 27,07 persen secara tahunan (yoy), sedangkan jumlah karyawan purnawaktu menurun sebesar 8,84 persen yoy.

Lonjakan dari gig workers ini berkontribusi terhadap pertumbuhan angkatan kerja secara positif dalam bentuk penambahan sebanyak 1,94 juta gig workers baru selama pandemi.

Kedepannya, gig economy juga diproyeksikan untuk mencapai 74,81 juta gig workers pada 2025. Melihat perkembangan itu dan peralihan perilaku ke arah digital, pekerja gig economy dinilai akan menjadi pilar penting dalam memperkuat perekonomian bangsa.

“Langkah transformasi ini tetap memerhatikan good corporate governance, pengelolaan manajemen risiko dan persyaratan kecukupan pemenuhan modal minimum yang ditetapkan oleh regulator,” tutur Kaspar.

Di sisi lain, proses transformasi tersebut diperkirakan memperlambat laju dari kinerja BRI Agro untuk sementara waktu. Direktur Keuangan dan Operasional AGRO Arif Wicaksono mengakui langkah ini akan berdampak pada buku bank.

Dia menambahkan bahwa bank akan tetap melakukan pencadangan terkait dengan risiko kredit tersebut, sehingga BRI Agro sudah siap untuk digital lending pada tahun depan.

Perseroan juga akan melakukan transformasi terhadap bagian lainnya seperti network, infrastruktur, model bisnis, produk dan layanan, serta portofolio kredit baik dalam hal ticket size maupun kualitas.

Sebagai catatan, sampai dengan semester I/2021, AGRO mencatatkan laba bersih tahun berjalan senilai Rp26,22 miliar atau naik 31,07 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari Rp20,04 miliar pada Juni 2020.

Kenaikan laba tersebut didorong oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh 34,21 persen yoy dari Rp323,12 miliar menjadi Rp433,66 miliar. Jika dirinci, pendapatan bunga BRI Agro sebenarnya mengalami penurunan dari Rp998,37 miliar menjadi Rp879,12 miliar.

Namun, perseroan dapat menekan beban bunga hingga 34,03 persen ke angka Rp445,46 miliar, dibandingkan dengan Rp675,21 miliar pada 30 Juni 2020.

Dari sisi beban operasional, AGRO mencatatkan kenaikan, yang salah satunya disumbang oleh kerugian penurunan nilai aset keuangan dan beban tenaga kerja. Namun, kenaikan beban ini masih dapat ditutupi oleh pendapatan bunga bersih.

Penyaluran kredit BRI Agro hingga akhir Juni 2021 tercatat senilai Rp18,37 triliun atau turun 5,75 persen dari Rp19,49 triliun pada periode akhir tahun lalu (year to date/ytd).

Sementara itu, himpunan dana pihak ketiga (DPK) tercatat senilai Rp20,05 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan akhir 2020 yang senilai Rp22,99 triliun.

Untuk rasio keuangan, kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) AGRO berada di level 24,90 persen, meningkat dibandingkan pada Juni 2020 yang sebesar 23,21 persen.

Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross tercatat 4,49 persen, menyusut dari 8,33 persen pada 30 Juni 2020, sementara rasio NPL net juga menurun dari 3,63 persen menjadi 2,53 persen.

Adapun, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) tercatat sebesar 95,54 persen dan rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) berada di angka 91,60 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper