Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengapresiasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI yang mampu menorehkan kinerja positif sepanjang 2021.
Erick menyatakan bahwa BNI diharapkan menjadi katalisator pemulihan ekonomi nasional baik di masa pandemi maupun pasca pandemi.
“Kami pun tetap berharap BNI menjadi BUMN yang sehat dan dikelola dengan bersih lagi transparan sebagai dasar good corporate governance,” ujarnya dalam BNI Business Meeting 2022 di Jakarta, Sabtu (29/1/2022).
Erick berharap BNI dapat terus meningkatkan fokusnya dalam mendorong ekspansi bisnis internasional. Terlebih, momentum pertumbuhan ekonomi global tahun ini diproyeksi lebih kuat sehingga banyak peluang pertumbuhan baru yang dapat dioptimalkan oleh pelaku usaha.
Menurutnya, emiten berkode BBNI ini berhasil menciptakan ekosistem pertumbuhan antara UMKM dan diaspora, seperti di United Arab Emirates (UAE). Ke depannya, ini dapat menjadi model andalan yang dapat diduplikasi di banyak wilayah operasional global BNI.
“Seperti bagaimana kami lihat di UAE, kita berhasil mengkolaborasikan diaspora dan UMKM. Ini merupakan upaya untuk terus menciptakan lapangan kerja bagi semua masyarakat Indonesia di luar negeri. Tentu ini juga menjadi salah satu langkah guna mendukung ekspansi kinerja ekonomi kita,” tuturnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, Erick berpendapat bahwa BNI berpotensi mengoptimalkan momentum Presidensi G20 Indonesia 2022. BNI dinilai akan menjadi jembatan untuk merealisasikan berbagai proyek ekonomi berkelanjutan baru.
BNI sepanjang 2021 mencatatkan laba bersih sebesar Rp10,89 triliun, tumbuh 232,2 persen year on year (yoy), atau tiga kali lipat dari profit tahun 2020.
Pencapaian tersebut dihasilkan dari Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan atau Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) yang tumbuh kuat 14,8 persen yoy menjadi Rp31,06 triliun.
Pertumbuhan kredit yang sehat tercatat sebesar 5,3 persen yoy menjadi Rp 582,44 triliun, didukung oleh Net Interest Margin (NIM) di level 4,7 persen. Pendapatan berbasis komisi (FBI) naik 12,8 persen yoy.
Sementara itu, pertumbuhan kredit ditopang oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp729,17 triliun atau tumbuh 15,5 persen yoy.