Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) berupaya menarik lebih banyak talenta digital dengan menggelar program rekrutmen Officer Development Program (ODP) IT.
Kesiapan talenta digital menjadi salah satu kunci dalam mendorong transformasi digital di sebuah perusahaan.
Direktur Teknologi Informasi dan Digital BTN Andi Nirwoto mengatakan dalam membangun solusi berbasis teknologi informasi di perbankan, dibutuhkan 3 pilar yaitu sumber daya manusia, sistem proses dan teknologi itu sendiri. Tidak terpenuhinya salah satu dari pilar tersebut akan berdampak pada kualitas layanan yang diberikan.
Untuk mengantisipasi keterbatasan SDM IT, kata Andi, perseroan melakukan perekrutan khusus untuk konsultan dan SDM IT dalam sebuah program perekrutan bernama Officer Development Program (ODP) IT.
“Program tersebut akan masuk batch 3. Setiap batch kurang lebih 50 SDM IT yang kami rekrut. Setidaknya setiap tahun minimal ada satu batch ODP IT sampai dengan 2025,” kata Andi kepada Bisnis, Minggu (10/4).
Dia mengatakan untuk mendapatkan SDM di tengah tren percepatan transformasi digital perusahaan merupakan suatu tantangan. Alasannya, tidak hanya BTN yang membutukan SDM IT, juga perusahaan lain.
Selain menggelar ODP, BTN juga bekerja sama dengan konsultan spesialis rekrutmen SDM IT. “Kami juga membuka opsi magang serta kerja sama proyek IT/B2B, dengan para partners penyedia SDM IT,” kata Andi.
Sekadar informasi, BTN saat ini tengah mengembangkan super aplikasi khusus properti. Rencananya aplikasi tersebut diperkenalkan pada kuartal III atau awal kuartal IV tahun ini.
Perseroan terus mematangkan aplikasi sehingga dapat menghadirkan tampilan yang menarik, nyaman dan user friendly atau mudah digunakan, sehingga tercipta kepuasan di sisi nasabah saat bertransaksi properti menggunakan aplikasi tersebut.
Sebagai catatan, sepanjang 2021, BTN menyalurkan kredit senilai Rp274,83 triliun dengan 77,8 persen di antaranya mengalir ke sektor properti. Bila dirinci, sebanyak 47,5 persen atau Rp130,68 triliun adalah KPR rumah subsidi dan 30,3 persen atau Rp83,25 triliun KPR non-subsidi.
Sementara itu, Riset McKinsey mengungkapkan Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital selama periode 2015 - 2030.
Artinya secara rata-rata setiap tahunnya Indonesia harus dapat melahirkan 600.000 talenta digital. Namun, dari kebutuhan tersebut, perguruan tinggi di Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 100.000-200.000 talenta digital, yang berarti ada gap sekitar 400.000 - 500.000 talenta digital.
Gap tersebut berpotensi menghambat proses transformasi digital perusahaan di berbagai industri, termasuk perbankan.