Bisnis.com, JAKARTA - Jajaran elit platform pemain industri teknologi finansial (tekfin/fintech) terutama dari klaster tekfin pendanaan bersama (P2P lending), diproyeksi bakal berlomba menjadi mitra eksklusif suatu entitas perbankan.
Aviliani, Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef) sekaligus Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perhimpunan Perbankan Bank Nasional (Perbanas) menjelaskan bahwa tren ini sebenarnya beriringan dengan pamor layanan perbankan digital di Tanah Air yang tengah meroket.
"Hubungan antara keduanya itu terutama soal pertukaran data. Maka, kuncinya harus ada trust, salah satu caranya dari ikatan kepemilikan saham. Lagipula, platform tekfin yang jadi shareholder bank itu perlu, karena kemitraan yang dibangun bisa lebih eksklusif, tidak berbagi dengan kompetitor," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (11/5/2022).
Hal ini terbukti dari mulai maraknya aksi korporasi beberapa pemain tekfin besar masuk menjadi pemilik bank. Baik hanya sebagai salah satu pemegang saham minoritas, sampai ada yang sepenuhnya berusaha menjadi pengendali.
Sejak awal tahun, ada aksi korporasi dari penyedia jasa pembayaran Xendit (PT Sinar Digital Terdepan) kepada PT Bank Sahabat Sampoerna. Ada lagi, Grup Modalku terlibat investasi bersama ke Bank Index (PT. Bank Index Selindo).
Terbaru, PT Investree Radhika Jaya (Investree) lewat induknya, Investree Singapore Pte Ltd (Investree Group) di Asia Tenggara, akan mengakuisisi 18,4 persen kepemilikan PT Bank Amar Indonesia Tbk (Amar Bank).
Baca Juga
Aviliani memproyeksi setiap tekfin yang sudah matang dan memiliki basis pengguna yang kuat, sudah pasti mulai bergerilya memilih 'bank mini' yang bisa dimasuki. Terutama bank yang sedang membutuhkan suntikan modal baru untuk memenuhi tuntutan regulasi, serta berharap bisa lebih kompetitif untuk menghadapi persaingan era digitalisasi.
"Keduanya sama-sama saling membutuhkan. Bank butuh tekfin untuk transfer teknologi dan memperbesar basis data. Terutama data UMKM, karena di Indonesia ekosistem tekfin saat ini pegang banget. Sebaliknya, tekfin juga butuh bank, karena mereka punya keterbatasan dalam memperoleh sumber pendanaan," tambahnya.
Ke depan, menurut Aviliani, kolaborasi serupa tak akan berhenti di antara tekfin dengan bank saja. Perusahaan digital lain seperti platform marketplace layanan digital dan platform dagang-el (e-commerce), serta layanan enabler UMKM atau aplikasi pembantu aktivitas bisnis (SaaS), perlahan juga akan turut terlibat, sampai nantinya terbentuk lahirnya beberapa raksasa korporasi berbasis digital di Tanah Air.