Sedikit berbeda, emiten pembiayaan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) yang mayoritas debiturnya berasal dari kalangan menengah ke bahwa dan sektor UMKM, lebih memilih strategi memperkuat pencadangan NPF dari para debitur tersebut.
Direktur Utama Adira Finance I Dewa Made Susila menjelaskan bahwa dengan NPF Coverage di sekitar 300 persen, walaupun nominal restrukturisasi masih terbilang tinggi, tapi rasio NPF bisa bertahan dan sudah kembali ke level normal sebelum pandemi Covid-19 ke sekitar 2 persen.
"Restrukturisasi kredit kami perkembangannya cukup baik. Karena sudah menurun sampai Juni 2022, outstanding-nya tinggal Rp3,2 triliun. Sebelumnya, restrukturisasi kredit yang pernah kami bukukan pada medio 2020 sempat mencapai Rp19 triliun," ungkapnya.
Adapun, emiten pembiayaan PT BFI Finance Tbk. (BFIN) sebelumnya mencatat bahwa debitur pemohon restrukturisasi kebanyakan berasal dari pelaku industri dengan objek pembiayaan non-alat berat. Contohnya, pembiayaan mesin-mesin industri atau mobil pengangkutan.
Direktur Keuangan BFIN Sudjono menjelaskan bahwa piutang restrukturisasi kredit pihaknya saat ini hanya sebesar 4,5 persen dari total nilai piutang pembiayaan per Juni 2022 senilai Rp12,59 triliun.
Sudjono mengungkap restrukturisasi BFIN sempat mencapai puncaknya pada September 2020 dengan persentase hingga 35,5 persen dari total piutang pembiayaan.
Baca Juga
"Sebagian besar dari sisa piutang restrukturisasi atau sebanyak 79,4 persen, sudah kembali membayar angsuran penuh. Bahkan, hanya 0,9 persen dari mereka yang masih melakukan pembayaran dengan nilai di bawah angsuran normal. Jadi kalau sudah melakukan pembayaran normal di lebih dari 12 angsuran terakhir, seharusnya sudah bisa dikeluarkan dari kategori restrukturisasi aktif," tutupnya.