Bisnis.com, JAKARTA - Statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2022 mencatat jumlah peminjam (borrower) di industri teknologi finansial pendanaan bersama (P2P lending) atau pinjol resmi yang masih memiliki utang aktif mencapai 15,2 juta entitas rekening.
Secara umum, pinjaman dari para borrower tersebut nilainya Rp44,3 triliun, berasal dari sekitar 146.000 pemberi pinjaman (lender) aktif. Kualitas pinjaman yang dihitung dari tingkat keberhasilan pengembalian pinjaman 90 hari (TKB90) masih mencapai 97,47 persen.
Apabila dipisahkan berdasarkan lokasi, DKI Jakarta merupakan tempat keberadaan nilai utang aktif terbesar, yaitu Rp11,34 triliun oleh 2,5 juta borrower. Namun, Jawa Barat tercatat menjadi provinsi dengan borrower aktif terbanyak, di mana dengan jumlah utang Rp11,3 triliun atau notabene serupa di Ibu Kota, tapi jumlah borrower mencapai 4,34 juta.
Sementara itu, berdasarkan kategori, tipe borrower perorangan non-UMKM masih menjadi andalan buat industri, yaitu mencapai 11,5 juta entitas dengan nilai utang Rp26,2 triliun. Sementara borrower perorangan UMKM jumlahnya 3,6 juta entitas dengan nilai utang Rp10,52 triliun.
Beralih ke tipe borrower badan usaha non-UMKM, jumlahnya hanya 1.007 entitas dengan nilai utang Rp2,24 triliun. Adapun, tipe borrower badan usaha UMKM, jumlahnya 71.308 entitas dengan nilai utang Rp5,36 triliun.
Berdasarkan kategori tersebut, pinjaman berkualitas baik dari perorangan masih mencapai 13,4 juta entitas dengan nilai utang Rp33,64 triliun, dan dari badan usaha masih mencapai 4.975 entitas dengan nilai utang Rp7,08 triliun.
Baca Juga
Total orang dan badan usaha yang pinjamannya tidak lancar masing-masing 1,4 juta orang senilai Rp2,23 triliun dan 197 badan usaha senilai Rp255 miliar. Sementara yang sampai macet, masing-masing 395.637 orang senilai Rp984 miliar dan 141 badan usaha senilai Rp134 miliar.
Terkhusus pinjaman perorangan dibagi berdasarkan jenis kelamin, terbagi dalam 7,33 juta laki-laki dengan utang Rp16,58 triliun dan 7,89 juta perempuan dengan utang Rp20,27 triliun. Sementara dari segi usia, mayoritas borrower berumur 19-34 tahun, jumlahnya 8,66 juta orang senilai Rp17,33 triliun.
Deputi Komisioner Pengawas IKNB II OJK Moch. Ihsanuddin sempat menjelaskan bahwa kinerja industri P2P lending terbilang positif, karena di tengah tren pertumbuhan yang belum terputus, para pemain masih bisa menjaga kualitas pinjaman alias mempertahan nilai TKB90 tetap tinggi.
"Dalam industri P2P lending, yang disebut macet itu kalau setelah 90 hari [jatuh tempo pembayaran] itu tidak ada kabar apapun dari peminjam. Ternyata yang macet hanya di kisaran 2 persen, padahal nilai penyaluran dan outstanding setiap bulan terus tumbuh," ujarnya dalam diskusi terbatas bersama media beberapa waktu lalu.
Sebagai gambaran, nilai penyaluran pinjaman industri sepanjang tahun berjalan nilainya sudah Rp110 triliun dan tampak dalam tren terus naik sejak awal tahun. Secara terperinci, mulai dari Rp13,8 triliun kepada 13,5 juta peminjam pada Januari 2022. Angka tersebut kemudian naik menjadi Rp16,5 triliun kepada 12,8 juta peminjam pada Februari 2022.
Selanjutnya, sebesar penyaluran pijaman naik menjadi Rp23 triliun kepada 17 juta peminjam pada Maret 2022. Penyaluran pijaman sempat turun ke Rp17,9 triliun kepada 13,7 juta peminjam pada April 2022 lalu kembali naik Rp18,6 triliun kepada 18 juta peminjam pada Mei 2022. Hingga kini, tercatat pinjaman yang disalurkan sebesar Rp20,6 triliun kepada 17,1 juta peminjam pada Juni 2022.
Sementara itu, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) masih memproyeksi bahwa total penyaluran pinjaman sepanjang 2022 masih bisa menembus Rp225 triliun, atau tumbuh di kisaran 50 persen (year-on-year/yoy) ketimbang capaian industri sepanjang tahun lalu senilai Rp155,97 triliun.