Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank syariah fokus mengejar dana murah atau current account saving account (CASA) untuk menekan biaya dana atau cost of fund usai Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen selama delapan bulan berturut-turut sejak awal 2023.
Direktur Utama PT Bank Muamalat Tbk. Indra Falatehan yang menyebut pihaknya akan terus mempertahankan suku bunga kepada nasabah pada tingkat yang moderat.
“Kita enggak jor-joran menaikkan pricing funding, karena FDR kita masih oke,” ujarnya dalam agenda Media Visit di Bisnis Indonesia, Rabu (6/8/2023).
Tercatat, rasio pembiayaan terhadap simpanan (financing to deposit ratio/FDR) Bank Muamalat berada di level 42,78 persen pada akhir Juni 2023. Angka ini naik 108 basis poin (bps) dari yang sebelumnya 41,70 persen pada Juni 2022.
Lebih lanjut, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Muamalat Suhendar mengatakan dua strateginya, yakni berkolaborasi dengan berbagai mitra dan mengoptimalkan channel layanan digital, yaitu Muamalat DIN alias M-DIN.
“Ada dua cara kita memacu CASA. Pertama, lewat aplikasi mobile banking M-DIN dengan memperbanyak pengguna sebagai user aktif. Sejauh ini, nasabah aktif di M-DIN ada 400.000 dari total 2 juta nasabah Bank Muamalat, saldo yang terakumulasi pun Rp8 triliun. Kedua, memanfaatkan kontribusi segmen wholesale melalui Madina,” katanya pada Bisnis.
Dia menambahkan Madina berkontribusi signifikan terhadap meningkatnya CASA Bank Muamalat. Hal ini lantaran dari total CASA Bank Muamalat yang berkisar 20 triliun, sebanyak Rp6 triliun berasal dari segmen wholesale.
Dana ini diperoleh dari sistem manajemen kas (cash management system atau CMS) yang digunakan oleh sekolah, ekosistem rumah sakit, hingga pengguna muslim.
Sebagai informasi, Bank Muamalat meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp47,6 triliun, tumbuh sebesar 5,2 persen yoy pada semester I/2023. Bank juga mencatatkan komposisi dana murah mencapai Rp20,7 triliun.