Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APPI Ungkap Target Agresif Investor Asing Akuisisi Multifinance RI

Maraknya investor asing mengakuisisi perusahaan leasing di Tanah Air seiring masih besarnya ceruk bisnis pembiayaan multiguna.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno (kanan)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno (kanan)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menilai akuisisi perusahaan leasing oleh investor asing turut andil dalam peningkatan pembiayaan pasca pandemi Covid-19. 

Hal tersebut tampak dari peningkatan piutang pembiayaan neto di industri yang mencapai Rp447,03 triliun pada Juli 2023. Angka tersebut meningkat 16,22 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni Rp384,63 triliun.

“Mereka membawa dana, permodalan yang besar, pembiayaannya akan menjadi lebih bagus dan lebih besar,” kata Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno kepada Bisnis, Selasa (3//10/2023). 

Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang masih didominasi oleh pembiayaan multiguna yang mencapai Rp230,93 triliun dari total Rp447,03 triliun pada Juli 2023. Pembiayaan multiguna mengambil porsi sebesar 51,66 persen terhadap total piutang pembiayaan neto pada Juli 2023.

Suwandi menilai tak sedikit investor asing baik yang sudah melakukan akuisisi maupun yang akan, membidik pembiayaan retail atau multiguna. Seperti halnya pembiayaan motor dan mobil baru maupun bekas, serta barang-barang elekronik. 

Pasalnya Suwandi menilai bahwa pembiayaan retail memiliki peluang yang tinggi. Indonesia akan memasuki bonus demografi pada 2030 dan banyak masyarakat dengan usia produktif yang membutuhkan kendaraan. 

Apabila penjualan kendaraan baru meningkat, peluang penjualaan kendaraan bekas juga akan ikut meningkat. 

“Kebetulan memang banyak yang masuk ke pembiayaan retail,” katanya. 

Suwandi kemudian menyinggung akuisisi Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) dan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) terhadap PT Home Credit Indonesia yang merupakan perusahaan pembiayaan multiguna multinasional. 

Selain itu, MUFG dan Adira Finance juga tengah dalam proses akuisisi PT Mandala Multifinance Tbk. Perusahaan leasing itu juga memiliki portofolio pembiayaan multiguna termasuk kendaraan bermotor. 

“MUFG mau menjadi salah satu pemain di industri keuangan non bank dan merambah ke retail financing dari mulai motor, mobil dan eletronik. Ini mungkin targetnya mereka Artinya memang mereka mau memperbesar pasarnya, market sharenya yang ada,” katanya. 

Di sisi lain, KreditPlus yang awalnya bernama PT Finansia Multi Finance dan diakuisisi oleh KB Kookmin Card Corp dengan kepemilikan saham mencapai 80 persen pada Juli 2020 juga memiliki produk andalan kategori pembiayaan multi-produk.

Mulai dari gadget, home appliance, IT and communication, elektronik, audio-video, dan furniture. Selain itu, ada juga pinjaman dana tunai beragunan kendaraan, serta produk layaknya kartu kredit buat nasabah setia yang bertajuk Kreditmu.

Ke depan, Suwandi pun menilai bahwa arah industri multifinance masih ke arah pembiayaan retail atau multiguna. 

“Kalau secara industri paling besar multiguna, itu kan yang menguasi protofolio paling besar. Ya memang di situ bermainnya, memang banyaknya di situ,” katanya. 

Dia mengatakan bahwa perusahaan asing harus mengikuti aturan yang ada di Indonesia untuk masuk ke pembiayaan retail yakni memiliki 10 persen pembiayaan produktif.  

Saat ini, Suwandi menilai bahwa pangsa pasar terbesar industri multifinance masih didominasi perusahaan multifinance yang merupakan anak dari bank dalam negeri seperti halnya BCA Finance dan Mandiri Tunas Finance (MTF). 

Kendati demikian, dia tidak memungkiri bahwa pangsa pasar bisa saja berubah di tengah getolnya akusisi multfinance oleh investor asing. 

“Perbankan dalam negeri masih punya daya. Namun tergantung juga kalau mereka [investor asing] tidak mau main di suku bunga yang rendah dan return yang kecil dan mereka masuk ke mobil bekas tidak hanya kendaraan baru saja. Potensi pasarnya besar, kalau bisa berubah pasti bisa berubah,” paparnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper