Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra) mengklaim menjadi penyumbang pendapatan premi terbesar kedua di industri asuransi umum sepanjang semester I/2023.
Jika menengok laporan keuangan yang tersaji di laman resmi perusahaan, Asuransi Astra membukukan jumlah pendapatan premi senilai Rp3,58 triliun pada semester I/2023. Posisinya naik 23,83% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari sebelumnya hanya Rp2,89 triliun.
Sedangkan jumlah premi bruto Asuransi Astra juga terpantau naik 19,87% yoy dari Rp2,62 triliun pada 30 Juni 2022 menjadi Rp3,14 triliun pada periode yang sama tahun ini.
“Itu untuk semester I, total GWP [gross written premium] Asuransi Astra sekitar Rp3,5 triliun. Untuk sementara, kami ada di urutan nomor dua [pendapatan premi terbesar] di asuransi umum,” kata Presiden Direktur Asuransi Astra Christopher Pangestu saat ditemui di Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Sampai dengan akhir tahun, Christopher mengungkap kinerja Asuransi Astra tetap sejalan rencana perusahaan. “Tapi kan kami nggak tahu akan ada di peringkat berapa karena perkembangan kompetitor juga kami tidak tahu seperti apa. Tapi sampai saat ini kita masih on track dengan perencanaan kita hingga akhir tahun,” jelasnya.
Perusahaan asuransi umum yang merupakan konglomerasi dari bagian Grup Astra, PT Astra International Tbk. (ASII) itu menargetkan GWP yang bisa diraih mencapai di atas Rp6 triliun hingga akhir tahun, naik dari tahun lalu yang hanya mencapai sekitar Rp5,7 triliun.
Baca Juga
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Komisaris Asuransi Astra Suparno Djasmin mengatakan saat ini pendapatan premi Asuransi Astra berasal dari lini bisnis komersial, asuransi kendaraan bermotor, dan asuransi kesehatan. Suparno juga memandang ketiga lini bisnis ini masih bisa untuk terus bertumbuh.
“Kita ketahui Asuransi Astra kalau dari segi pendapatan premi mungkin posisi tahun ini nomor 2 di industri. Dari segi pendapatan premi ini kita nomor dua dan kontribusi paling besar saat ini adalah komersial lebih dari 40%, asuransi kendaraan bermotor sekitar 40%. Sedangkan asuransi kesehatan sekitar 17% dan target mencapai 20%,” ungkapnya.
Suparno memproyeksikan tren asuransi kendaraan bermotor akan mengikuti pertumbuhan industri otomotif. Menurutnya, apabila ekonomi semakin tumbuh, maka industri otomotif juga akan bertumbuh.
“Ini akan memperkuat penetrasi dan lining posisi Asuransi Astra di asuransi kendaraan bermotor,” sambungnya.
Begitu pula dengan asuransi komersial dan asuransi kesehatan yang diramal masih bisa bertumbuh dan menjadi penyumbang premi di perusahaan.
Untuk asuransi kesehatan misalnya, Suparno menyebut tingkat kesadaran (awareness) masyarakat akan kesehatan semakin meningkat dan membuat lini bisnis ini dapat bertumbuh.
Suparno menilai Asuransi Astra bisa terus bertumbuh dari segmen asuransi yang digarap dan bisa memberikan service differentiation kepada pelanggan, baik sektor otomotif, komersial, maupun asuransi kesehatan.
“Sebagai perusahaan asuransi, kami taking the risk. Selama ini Asuransi Astra telah dikelola risk management yang sangat baik, sangat prudent. Artinya, bisa menerima premi namun juga mampu membayar klaim dengan baik,” pungkasnya.