Bisnis.com, JAKARTA – Tiga bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN), mencatatkan pertumbuhan laba yang mini sepanjang semester I/2024. Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. (BBNI) menunda penerbitan laporan kinerja semester I/2024 karena sedang melakukan telaah laporan keuangan konsolidasi.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan bahwa pertumbuhan kinerja Himbara mengalami perlambatan, termasuk laba, di tengah kondisi suku bunga yang tinggi.
"Kami menjaga kehati-hatian. Ya, pokoknya kami konservatif dan pruden," ujarnya kepada media pada Selasa (30/7/2024).
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri perbankan umum mencatatkan laba sebesar Rp101,47 triliun per Mei 2024. Angka ini naik Rp2,8 triliun dibandingkan April 2024 atau meningkat 2,84% yoy dari Rp98,67 triliun pada Mei 2023.
Secara rinci, laba bank persero per Mei 2024 mencapai Rp51,32 triliun, naik dari Rp40,78 triliun pada bulan sebelumnya, serta meningkat 6,38% yoy dari Rp48,24 triliun tahun lalu. Namun, laba kelompok BPD per Mei 2024 hanya mencapai Rp5,38 triliun, naik dari Rp4,09 triliun pada bulan sebelumnya, tetapi turun 5,99% yoy dari Rp5,72 triliun tahun lalu.
Bank Swasta Nasional juga mengalami peningkatan laba bulanan sebesar Rp8,9 triliun, tetapi secara tahunan mengalami penurunan 1,94% yoy dari Rp39,53 triliun. Di sisi lain, Kantor Cabang Bank Luar Negeri (KCBLN) mencatatkan laba per Mei sebesar Rp6 triliun, naik dari Rp4,64 triliun pada April 2024, dan meningkat 16,08% yoy dari Rp5,18 triliun tahun sebelumnya.
Baca Juga
Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran, Arianto Muditomo, menyatakan bahwa kinerja perbankan dipengaruhi oleh dinamika pasar uang, inflasi, dan nilai tukar.
"Sampai pertengahan tahun ini, perekonomian Indonesia masih menghadapi tantangan dari faktor eksternal, makro, dan global," ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (31/7/2024).
Arianto memprediksi bahwa kinerja industri perbankan ke depan akan bergantung pada stabilitas global dan kepastian nasional pasca pergantian kepemimpinan negara. Jika pemerintahan baru dapat mempertahankan kepercayaan masyarakat dan investor, ekonomi akan membaik, arus dana masuk akan meningkat, dan suku bunga acuan akan turun.
"Kondisi ini akan membuat pertumbuhan paruh kedua tahun ini lebih tinggi dibandingkan paruh pertama," ungkapnya
Lalu bagaimanakah perbandingan kinerja bank BUMN per Juni 2024
- Laba BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi Himbara pertama yang merilis hasil kinerja selama enam bulan awal 2024.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan pada Kamis (25/7/2024), BRI membukukan laba bersih konsolidasi yang dapat diatribusikan ke pemilik sebesar Rp29,7 triliun per Juni 2024, tumbuh 0,95% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp29,42 triliun.
Pertumbuhan laba BRI didorong oleh kenaikan kredit yang disalurkan menjadi Rp1.264,77 triliun secara konsolidasi, melonjak 5,59% dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp1.197,75 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan kinerja laba bank tidak lepas dari penyaluran kredit dan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh dobel digit.
Adapun, pendanaan bank didominasi oleh dana murah atau current account saving account (CASA) sebesar Rp877,89 triliun, tumbuh 7,7% yoy. Porsi dana murah bank mencapai 63,17% per Juni 2024.
"Yang mendukung pencapaian dana murah adalah kami memiliki implementasi hybrid bank yang disalurkan lewat Agen BRIlink dan ada superapp BRImo," kata Sunarso.
Kemudian, pertumbuhan penyaluran kredit ini mengerek pendapatan bunga perusahaan menjadi Rp98,64 triliun. Capaian ini naik Rp13,05 triliun dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp85,59 triliun.
Namun, sebenarnya BRI juga mencatatkan beban bunga yang naik 43,23% yoy menjadi Rp28,72 triliun, dari sebelumnya Rp20,05 triliun.
Meski demikian, pendapatan bunga dinilai dapat mengimbangi beban yang membengkak, alhasil pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar Rp33,97 triliun pada kuartal II/2024, naik 3,7% yoy. Selain itu, bank mencatatkan pendapatan berbasis komisi atau fee based income yang mencapai Rp11,26 triliun, naik 10,15% yoy.
- Laba BTN
Kemudian, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau BTN (BBTN) menjadi kelompok KBMI III yang juga lebih dulu merilis kinerja keuangannya dibanding dua Himbara lain, yakni Bank Mandiri dan BNI.
BTN sendiri membukukan laba bersih senilai Rp1,5 triliun pada semester I/2024. Raihan laba tersebut naik 1,9% dari periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), yaitu Rp1,47 triliun.
Pertumbuhan ini ditopang penyaluran kredit dan pembiayaan BTN mencapai sekitar Rp352,06 triliun sepanjang semester I/2024. Perolehan tersebut tumbuh 14,4% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp307,66 triliun.
Meski demikian, pendapatan bunga BTN mencapai Rp14,97 triliun, naik 10,74% dari sebelumnya Rp13,52 triliun. Sayangnya, laju beban bunga lebih kencang, naik 27,05% yoy mencapai Rp8,95 triliun dari sebelumnya Rp7,04 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih BTN tertekan 6,99% menjadi Rp6,03 triliun.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan di tengah kondisi ekonomi global yang sangat menantang, BTN tetap dapat menorehkan kinerja yang positif sepanjang semester I/2024.
“Bahkan penyaluran kredit dan pembiayaan BTN berhasil tumbuh signifikan. Kami optimistis hingga akhir tahun 2024, BTN tetap mampu membukukan kinerja keuangan yang positif,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (25/7/2024).
Nixon mengungkapkan penyaluran kredit dan pembiayaan perumahan masih mendominasi total kredit dan pembiayaan perseroan pada semester I/2024. Kredit dan pembiayaan perumahan yang disalurkan BTN hingga akhir Juni 2024 mencapai Rp299,24 triliun.
- Laba Bank Mandiri
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) membukukan laba bersih konsolidasi yang diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp26,55 triliun pada semester I/2024.
Laba Mandiri itu tumbuh 5,23% secara tahunan (year on year/yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp25,23 triliun. Sedangkan sebesar Rp2,72 triliun merupakan laba untuk kepentingan non pengendali.
Pertumbuhan laba bank ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 3,75% yoy menjadi Rp49,08 triliun pada akhir Juni 2024 dari sebelumnya Rp47,31 triliun.
Bila dirinci, pendapatan bunga dan syariah naik 12,51% secara tahunan menjadi Rp72,23 triliun dari sebelumnya Rp64,19 triliun. Sedangkan, beban bunga dan syariah tercatat meningkat Rp37,07% yoy menjadi Rp23,14 triliun.
Selanjutnya tercatat margin bunga bersih (net interest margin/NIM) Mandiri turun 38 basis poin (bps) dari 5,30% menjadi 4,92%.
Adapun, peningkatan laba juga terdorong oleh raupan pendapatan berbasis komisi atau fee based income secara konsolidasi sebesar Rp10,77 triliun pada semester I/2024 naik 14,37% yoy. Kemudian, penurunan nilai aset keuangan atau impairment yang susut 8,53% yoy menjadi Rp6,91 triliun.