Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan asuransi jiwa PT Great Eastern Life Indonesia menyiapkan strategi menghadapi terjadinya lonjakan klaim asuransi kesehatan di industri asuransi jiwa.
Tiga tantangan utama yang menyebabkan klaim kesehatan asuransi jiwa melonjak adalah inflasi kesehatan, overtreatment dari rumah sakit dan kurangnya edukasi masyarakat tentang kesehatan.
Head of Operations Division Great Eastern Life Indonesia Steven Setiawan mengatakan untuk meminimalisir dampak inflasi kesehatan, perusahaannya melakukan kerja sama dengan penyedia layanan kesehatan untuk menjaga efisiensi biaya tanpa mengorbankan kualitas layanan.
"Langkah ini dilakukan melalui negosiasi tarif serta pengawasan yang lebih ketat terhadap pengelolaan klaim," kata Steven kepada Bisnis, pekan lalu (12/12/2024).
Sementara untuk mengurangi overtreatment rumah sakit, Steven menjelaskan Great Eastern Life Indonesia telah meluncurkan program kolaborasi dengan AdMedika, Hermina Group dan EMC Healthcare. Program tersebut menggunakan skema koordinasi manfaat alias CoB yang memungkinkan cost sharing Great Eastern Life Indonesia dengan BPJS Kesehatan.
"Program ini juga bertujuan agar pasien menerima perawatan yang sesuai kebutuhan medis mereka serta mengurangi risiko overtreatment dan mengoptimalkan biaya perawatan," jelas Steven.
Baca Juga
Untuk mengatasi faktor ketiga, Steven mengatakan pihaknya secara aktif memberikan edukasi kesehatan melalui sesi health talk baik kepada nasabah individu maupun nasabah asuransi kumpulan. Selain itu, Great Eastern Life Indonesia juga menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan (health check-up) dan kegiatan olahraga untuk mendorong gaya hidup sehat.
Program-program tersebut, kata Steven, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan preventif sehingga dapat membantu mengurangi risiko penyakit serius dan klaim kesehatan di masa depan.
"Dengan inisiatif-inisiatif tersebut, Great Eastern Life Indonesia berkomitmen untuk mendukung kesehatan masyarakat sekaligus menjaga keberlanjutan layanan asuransi kesehatan," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko dan GCG Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Fauzi Arfan mengatakan faktor inflasi kesehatan, overtreatment rumah sakit dan kurangnya edukasi kesehatan saling terkait yang pada akhirnya berdampak pada klaim kesehatan asuransi jiwa meningkat.
Fauzi menilai solusi dari permasalahan tersebut adalah kolaborasi antara perusahaan asuransi, rumah sakit, regulator hingga masyarakat. Selain itu, asosiasi juga mengimbau perusahaan asuransi jiwa memanfaatkan kemajuan teknologi.
"Meskipun terdapat tantangan besar seperti inflasi biaya dan overutilization, peluang besar juga terbuka melalui digitalisasi asuransi, pengembangan produk kesehatan preventif dan kolaborasi dengan sektor kesehatan," kata Fauzi.