Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan fintech P2P lending tengah berburu suntikan modal investor untuk pemenuhan ketentuan ekuitas minimum Rp12,5 miliar. Dahulu, industri ini pernah diminati investor modal ventura mengucur pendanaan. Namun, daya tariknya kini mulai tak menggiurkan.
Eddi Danusaputro, Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesido) mengatakan dahulu bisnis fintech P2P lending terhitung lebih mudah mendulang untung. Faktor ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor modal ventura.
"Dulu unit economics menarik karena lebih mudah mendapatkan borrower dan lebih cepat menuju profitability. Kalau sekarang lebih menantang untuk capai profitability. Harus ada scale dan cost of fund murah," kata Eddi kepada Bisnis, dikutip pada Rabu (9/7/2025).
Eddi merinci sejumlah faktor yang dipertimbangkan modal ventura memberikan suntikan investasi kepada perusahaan P2P lending antara lain adalah melihat jenis pembiayaan P2P lending apakah produktif atau konsumtif. Selain itu, faktor kesehatan keuangan perusahan juga menjadi indikator penentu.
"Karena pengaruh unit economics, tentunya dilihat dari OPEX, rate, collection dan non perfomring loan atau NPL," ujarnya.
Faktor ketiga yang dilihat modal ventura adalah bagaimana strategi perusahaan P2P lending menuju profitabilitas.
Baca Juga
Adapun, jika menilik kondisi untung rugi industri P2P lending, industri saat ini dalam tren mulai mendulang cuan. Berdasarkan statistik OJK, laba setelah pajak industri P2P lending per Februari 2025 mencapai Rp233,71 miliar. Kondisinya berbeda dengan tahun lalu, di mana per Februari 2024 industri mengalami rugi setelah pajak sebesar Rp97,56 miliar.
Berdasarkan tren tahun lalu, usai mengalami rugi beruntun dalam tiga bulan pertama industri akhirnya menutup 2024 dengan laba setelah pajak Rp1,65 triliun. Dengan permulaan yang lebih baik di tahun ini, ada optimisme dari Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bahwa laba setelah pajak di akhir 2025 akan melampaui capaian 2024.
Sebagai informasi, saat ini terdapat 14 dari 96 perusahaan P2P lending yang belum memenuhi ekuitas Rp12,5 miliar. Ketua Umum AFPI Entjik S. Djafar mengatakan saat ini beberapa perusahaan P2P lending sedang melakukan penjajakan dengan investor.
"Ada beberapa investor baru yang sudah melakukan proses due diligence. Kami berharap semua proses ini berjalan lancar. Beberapa [calon investor] dari luar negeri, sementara yang dalam negeri adalah perusahaan investasi," kata Entjik yang belum bisa membeberkan identitas calon investor.