Bisnis.com, JAKARTA — Industri teknologi finansial atau fintech peer to peer lending dinilai perlu meningkatkan penetrasi kepada segmen debitur yang terdampak pandemi Covid-19 sebagai upaya mendorong pembiayaan produktif.
Ketua Lembaga Pelatihan Kerja Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (LPK-SPPUR) Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch. Amin Nurdin menilai bahwa industri fintech peer-to-peer (P2P) lending telah membawa dampak penyaluran kredit produktif yang cukup baik.
Hal tersebut sejalan dengan terus berkembangnya berbagai platform digital untuk penyaluran pembiayaan dalam beberapa waktu ini. Penyaluran pinjaman melalui kanal digital itu pun telah memasuki sektor riil sehingga pembiayaan produktif terus berkembang.
Menurut Amin, para pelaku fintech dapat meningkatkan portofolio pinjaman produktifnya dengan menyasar debitur-debitur yang terdampak Covid-19. Strategi itu akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada 2021, saat masyarakat terdampak itu berupaya bangkit dan meningkatkan kemampuan ekonominya.
"Fintech dapat melakukan perluasan pasar dengan penetrasi kepada segmen segmen tertentu yang terdampak pandemi, sehingga bisa membantu pengusaha bangkit dari keterpurukan akibat pandemi," ujar Amin kepada Bisnis, Senin (18/1/2021).
Upaya penetrasi itu perlu disertai proses dan penyaluran pinjaman yang berkualitas, sehingga tidak menjadi beban terhadap tingkat nonperforming financing (NPF). Lalu, menurut Amin, diperlukan inovasi produk yang kreatif dan inovatif untuk bisa menjangkau para debitur terdampak Covid-19.
"Para pelaku [fintech P2P lending] pun dapat membuka akses pasar yang seluas-luasnya, terutama untuk para pelaku usaha yang belum terjamah oleh perbankan dan instrumen pembiayaan lainnya," ujar Amin.
Adapun, Presiden Joko Widodo mendorong para pelaku fintech P2P lending untuk turut membantu perkembangan perekonomian nasional. Amanat itu pun sejalan dengan instruksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar industri fintech meningkatkan portofolio pinjaman produktif pada 2021 ini.