Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPR Boleh Gandeng P2P Lending, Pinjaman di Perdesaan Bakal Moncer

Peluang kerja sama dengan BPR di daerah, terutama yang notabene bukan kota besar, merupakan salah satu upaya tepat untuk menyediakan layanan keuangan yang utuh.
Ilustrasi solusi teknologi finansial/flickr
Ilustrasi solusi teknologi finansial/flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Lampu hijau dari otoritas yang memperbolehkan kerja sama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan platform teknologi finansial peer-to-peer (fintech P2P) lending, dinilai positif buat potensi penyaluran kredit ke segmen masyarakat perdesaan.

Juru Bicara Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Andi Taufan Garuda Putra menjelaskan bahwa sebelum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuat pedoman teknis terkait hal ini, beberapa platform P2P sebenarnya sebelumnya sempat mencoba bermitra dengan BPR.

Tak terkecuali platform besutannya, PT Amartha Mikro Fintek atau Amartha yang memang memfokuskan segmen peminjam (borrower) incarannya ke area rural atau perdesaan, dan didominasi wanita wirausaha.

"Kami sempat bermitra dengan BPR di Jawa Tengah dan Jawa Timur, hanya setahun dan tidak diperpanjang karena regulator masih merancang mekanismenya. Namun, dari pengalaman kami, channelling dari BPR ternyata bagus, semuanya on time dan supportive bagi semua pihak," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (19/3/2021).

Menurut Taufan, peluang kerja sama dengan BPR di daerah, terutama yang notabene bukan kota besar, merupakan salah satu upaya tepat untuk menyediakan layanan keuangan yang utuh.

Persis seperti yang diungkap OJK, Taufan juga menjelaskan bahwa peluang kerja sama BPR dan platform fintech P2P lending merupakan cara kedua industri bisa saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing.

"Kami memang sudah 10 tahun fokus menyasar masyarakat perdesaan, tapi bukan berarti tidak ada barrier dan hambatan lagi. Kami masih menemui juga rendahnya literasi keuangan, apalagi literasi keuangan digital. Kalau keduanya bisa bersatu, saya yakin perekonomian dan potensi pembiayaan buat basis masyarakat perdesaan bisa lebih maju," tambahnya.

Berdasarkan pengamatan OJK, kerja sama ini bisa saling menutupi kekurangan masing-masing industri, di mana BPR tampak lebih lambat mengadaptasi teknologi, akuisisi pengguna lebih lama dan mahal sebab dilakukan secara tatap muka, analisis risiko pun mahal karena dilakukan secara manual.

Adapun, para platform fintech P2P lending, cenderung memiliki SDM terbatas, belum dapat memahami budaya dan kebiasaan masyarakat lokal yang tersebar di sekitar 17 ribu pulau Indonesia, bergantung sepenuhnya pada kualitas infrastruktur teknologi informasi, serta risiko mekanisme full online.

Namun, BPR memiliki kelebihan memiliki kedekatan dengan masyarakat lokal dan punya basis nasabah loyal. Adapun, platform P2P sanggup mengakomodasi digitalisasi transaksi yang fleksibel dan memungkinkan nasabah perdesaan mempelajari produk-produk keuangan yang lebih variatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper