Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BRI: Penurunan Suku Bunga Belum Ampuh Dongkrak Kredit

Hingga akhir Maret 2021 penyaluran kredit BRI tercatat sebesar Rp914,19 triliun. Jika dibandingkan dengan angka kredit pada kuartal I/2020 sebesar Rp930,73 triliun, maka penyaluran kredit di kuartal I/2021 turun 1,78%.
Gedung BRI/bri.co.id
Gedung BRI/bri.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Tren penurunan suku bunga kredit belum ampuh mendorong permintaan kredit PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. di kuartal I/2021. Hal itu tercermin dari penyaluran kredit selama tiga bulan pertama itu yang menyusut.

Hingga akhir Maret 2021 penyaluran kredit BRI tercatat sebesar Rp914,19 triliun. Jika dibandingkan dengan angka kredit pada kuartal I/2020 sebesar Rp930,73 triliun, maka penyaluran kredit di kuartal I/2021 turun 1,78%.

Rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) pada akhir Maret 2021 di level 87,12%. Adapun, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat di level 19,74%, atau naik dari periode yang sama tahun lalu yakni 18,56%.

Direktur Utama BRI Sunarso mengakui pertumbuhan kredit memang masih belum sesuai dengan yang ditargetkan.

Menurutnya, LDR di level 87,12% atau masih di bawah 90% menunjukkan bahwa bahwa tantangan bank saat ini bukan mencari likuiditas, tetapi bagaimana menumbuhkan kredit.

"Saya ingin LDR sekitar 90%, yang ideal. Sementara dari sisi CAR, kita tidak ada masalah. Cukup punya kekuatan untuk meng-cover pertumbuhan yang kita inginkan," katanya dalam konferensi pers kinerja kuartal I/2021, Selasa (25/5/2021).

Sunarso mengatakan BRI akan terus mengambil peran menjadi garda terdepan dalam pemulihan ekonomi nasional. Hal itu dilakukan dengan menjadi mitra utama pemerintah dalam menyalurkan berbagai bantuan dan stimulus untuk meningkatkan konsumsi dan daya beli masyarakat yang pada akhirnya bisa mendorong permintaan kredit.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendorong pertumbuhan kredit, antara lain menurunkan suku bunga. Namun, meski suku bunga telah turun, tetapi kredit masih sulit terangkat.

Dari hasil kajian yang dilakukan BRI, lanjutnya, dua faktor yang paling elastis untuk mendorong pertumbuhan kredit yakni peningkatan konsumsi rumah tangga dan daya beli.

"Memang untuk menumbuhkan perekonomian antara lain diperlukan pertumbuhan kredit. Dan untuk menumbuhkan kredit antara lain bunganya diturunkan, tapi kemudian bunga diturunkan juga belum mengangkat loan demand," imbuhnya.

Sunarso menilai untuk mendorong kredit diperlukan peningkatan konsumsi rumah tangga dan daya beli. Oleh karena itu, fokus BRI saat ini mengambil peran untuk membantu dan berkolaborasi dengan pemerintah untuk menyalurkan berbagai stimulus, terutama yang ditujukan untuk mendorong konsumsi rumah tangga dan meningkatkan daya beli masyarakat.

"Maka kemudian mari kita semua fokus untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga dan mendorong peningkatan daya beli masyarakat," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper