Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manuver Digitalisasi Industri Asuransi Umum

Industri asuransi umum terus memacu layanan digitalisasi melalui pengembangan platform maupun kerja sama dengan fintech.
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Jakarta, Rabu (5/1/2021). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Jakarta, Rabu (5/1/2021). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA -- Seiring terakselerasinya pemanfaatan teknologi digital di berbagai sektor, industri asuransi umum pun semakin memperkuat strategi pengembangan digitalisasinya.

Wakil Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Bidang Information and Applied Technology Dody Dalimunthe mengungkapkan, implementasi teknologi digital sudah menjadi kebutuhan dan keharusan di industri asuransi, termasuk asuransi umum. Kebutuhan digitalisasi ini mendorong beberapa perusahaan asuransi mulai mengincar investor yang memiliki keahlian di bidang informasi teknologi (IT), termasuk investor berbasis finansial teknologi atau fintech, untuk menjadi bagian dari pemegang saham perusahaan.

"Sudah ada perusahaan asuransi umum yang menggandeng investor fintech dan ada beberapa lagi yang sedang dalam proses penjajakan," ujar Dody kepada Bisnis, dikutip Selasa (1/3/2022).

Menurutnya, upaya sejumlah perusahaan asuransi yang mengajak investor-investor berlatarbelakang IT tersebut bertujuan untuk kolaborasi dan sinergi pengembangan bisnis.

Selain menggandeng investor IT, perusahaan-perusahaan asuransi umum juga sudah banyak melakukan inovasi pengembangan produk-produk asuransi melalui kerja sama dengan beberapa penyedia layanan berbasis teknologi. Dody menilai kerja sama tersebut tentunya akan lebih efektif dan efisien dibandingkan perusahaan asuransi harus mengembangkan sendiri.

"Layanan perusahaan asuransi mulai berkembang dan meningkat di masa pandemi dengan fitur-fitur teknologi, sehingga menunjukkan kesan modern bagi tertanggung maupun masyarakat umum," kata Dody.

Dengan semakin meningkatnya digitalisasi di industri asuransi umum, AAUI pun mendorong regulator untuk membuat regulasi yang komprehensif bagi pengembangan digitalisasi industri asuransi.

Wakil Presiden Direktur PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia Nicolaus Prawiro mengamini bahwa seiring dengan terakselerasinya pemanfaatan digital di tengah pandemi, kerja sama dengan penyelenggara platform digital, termasuk fintech juga semakin meningkat.

"Kami melihat memang ada peluang yang sangat menarik untuk berkolaborasi dengan fintech dalam pengembangan digital, salah satu jalur pemasaran baru kami untuk produk asuransi," ujar Nicolaus kepada Bisnis.

Perseroan pun telah menjalin kerja sama dengan beberapa platform digital, baik fintech maupun marketplace. Namun demikian, kata Nicolaus, pihaknya belum memiliki rencana untuk menggandeng fintech sebagai investor atau pemegang saham.

Adapun, untuk tahun ini, Asuransi Cakrawala Proteksi juga akan kembali menjajaki kerja sama dengan beberapa fintech dan bank digital untuk memasarkan produk asuransinya, seperti asuransi kecelakaan diri, asuransi kendaraan bermotor, dan asuransi kebakaran atau properti.

"Ada beberapa yang kami jajaki, termasuk bank digital. Namun, masih tahap awal pembicaraan," kata Nicolaus.

Senada, PT Asuransi Jasa Indonesia atau Asuransi Jasindo juga bakal mengencangkan strategi digitalisasinya di tahun ini.

“Walaupun kami sudah melakukannya sejak pertengahan 2020, namun di tahun ini akan semakin ditingkatkan kembali,” kata Direktur Pengembangan Bisnis Asuransi Jasindo Diwe Novara melalui keterangan resmi.

Saat ini, Jasindo terus melakukan pengembangan bisnis digital, baik dalam bentuk aplikasi maupun melakukan kerja sama dengan badan-badan usaha yang berbasis digital.

Aplikasi yang dikembangkan Asuransi Jasindo, antara lain aplikasi TKA (Tenaga Kerja Asing) Online, aplikasi SIAP (Sistem Informasi Asuransi Pertanian), aplikasi Protan (Proteksi Pertanian), aplikasi AKP (Awak Kapal Perikanan), aplikasi Virtual Claim, dan aplikasi Easy. Tak hanya itu, Asuransi Jasindo juga menggandeng pihak ketiga seperti Blibli, Lifepal, Igloo, dan Fuse untuk memasarkan produk asuransi.

Untuk 2022, lini bisnis yang akan digenjot penjualannya melalui digital adalah asuransi kendaraan. Diwe menuturkan, kontribusi premi asuransi kendaraan di bisnis Asuransi Jasindo mencapai 7,5 persen. Melalui strategi digital tersebut diharapkan penjualan semakin luas dan cepat di tahun ini.

Memiliki strategi berbeda, PT Asuransi Bintang Tbk. memilih mengembangkan inovasi produk asuransi yang memanfaatkan infrastruktur digital berupa smart contract custodian yang disediakan oleh AAUI.

Presiden Direktur Asuransi Bintang sekaligus Ketua Umum AAUI Hastanto Sri Margi Widodo mengatakan, smart contract custodian ini berupa kontrak elektronik yang memungkinkan mekanisme klaim atau pembayarannya, valuasi, kalkulasinya, serta keputusan klaimnya dilakukan secara otomatis. Kehadiran platform tersebut memungkinkan perusahaan asuransi mendayagunakan data kelembapan tanah dari satelit NOAA dan Copernicus untuk mengembangkan inovasi produk, seperti asuransi tanaman berbasis indeks.

"Paradigma ini akan memberikan wajah baru di asuransi dengan pembayaran klaim otomatis yang dipicu oleh suatu peristiwa yang diketahui umum. Contoh, pembelian asuransi keterlambatan pesawat. Informasi pesawat delay dapat terlihat di flight radar. Jadi kalau beli asuransi melalui digital kenapa klaimnya harus mengisi berbagai form dan perlu pengajuan, kan jelas keterlambatan yang terjadi," kata Widodo kepada Bisnis.

"Sama persis juga dengan kelembapan tanah. Kalau kelembapannya kurang kan jelas data dari satelit, untuk setiap lokasi kelembapannya berapa. Jadi kalau terjadi [kelembapan kurang] tinggal langsung dibayar [klaimnya]," imbuhnya.

Menurutnya, digitalisasi asuransi seharusnya tidak hanya sekedar menjual produk secara digital, tetapi juga dari sisi pelayanan dan penyelesaiannya.

"Menjual produk asuransi tradisional lewat marketplace hanya akan menjadikan asuransi sebagai komoditi yang dijual di internet. Cuma akan menurunkan harga," katanya.

Sementara itu, Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2A Otoritas Jasa Keuangan Ahmad Nasrullah menilai pengembangan digitalisasi di industri asuransi memiliki potensi yang sangat besar. Hal ini mengingat jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai lebih dari 200 juta jiwa di mana 95 persennya mengakses internet melalui smartphone.

"Ini peluang besar bagi industri asuransi untuk memanfaatkan hal ini. Artinya, bagaimana dia bisa menciptakan platform digital untuk saran distribusi dan juga yang lebih penting lagi produk-produk yang inovatif yang bisa menangkap ini. Karena kebanyakan pengguna smartphone ini generasi milenial, bagaimana menciptakan produk-produk yang bisa diserap kalangan milenial ini," ujar Nasrullah dalam sebuah webinar belum lama ini.

OJK juga melihat sejumlah perusahaan asuransi skala menengah ke atas, baik asuransi jiwa maupun umum, telah mulai melakukan belanja IT sejak 2-3 tahun lalu untuk mengantisipasi percepatan pemanfaatan digital. Sejalan dengan itu, kata Nasrullah, OJK juga tengah menembangkan pengaturan yang mendukung ekosistem sektor keuangan digital. Pihaknya juga memperkuat peran riset untuk mendukung inovasi dan transformasi digital di sektor jasa keuangan, serta mengakselerasi penerapan pengawasan berbasis teknologi informasi di OJK dan pemanfaatan regulatory technology oleh lembaga jasa keuangan.

"Kami tangkap momentum digitalisasi ini untuk mengembangkan industri. Tapi kami juga harus menjaga kepentingan dari konsumen. Jadi aturan-aturan yang akan kami buat harus memperhatikan dua hal ini," katanya.

Adapun, OJK juga tengah mengkaji pengaturan terkait insurtech. Pengaturan insurtech tersebut akan meliputi aspek pemasaran produk asuransi, aspek pelayanan konsumen, dan aspek operasional di internal perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper