Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Permata Tbk. (BNLI) menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 7% hingga 9% pada tahun ini. Terdapat sederet peluang yang mampu mendorong pertumbuhan kredit bank.
Direktur Keuangan Bank Permata Rudy Basyir Ahmad mengatakan apabila berkaca pada target Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada level 9% hingga 11%, maka target kredit Bank Permata berada di bawahnya.
"Di internal kami proyeksikan memang lebih rendah yakni 7%-9%. Tapi bukan berarti me-limit di situ, kami juga akan tetap menganut prinsip kehati-hatian," ujarnya dalam Public Expose Bank Permata pada Kamis (7/3/2024) di Jakarta.
Pada 2023, Bank Permata telah menyalurkan kredit Rp142,19 triliun dan hanya tumbuh 4,3% secara tahunan (year on year/yoy). Kinerja kredit bank ditopang oleh segmen korporasi dan komersial dengan portofolio Rp92,7 triliun, tumbuh 6,1% yoy. Sementara segmen kredit konsumer hanya tumbuh 1% yoy menjadi Rp48,6 triliun.
"Tahun ini kami akan fokus ke segmen yang besar di komersial dan SME [small, medium, enterprise]. Ini yang akan menjadi engine growth kredit di 2024," ujar Rudy.
Adapun, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan terdapat sejumlah peluang pertumbuhan kredit yang menjanjikan pada tahun ini. Pertama, asumsi kondisi ekonomi Indonesia yang tetap resilien.
Baca Juga
"Ini akan mendorong investasi dan konsumsi masyarakat terjaga. Jadinya, ada modal ke permintaan kredit," kata Josua.
Kedua, Pemilu 2024 yang akan berakhir membuka keran permintaan kredit dari segmen korporasi. Sebab, sebelumnya korporasi dinilai masih wait and see dengan kondisi tahun politik tersebut.
"Semester II/2024 pasca pengumuman [hasil Pilpres 2024], ekspansi permintaan kredit korporasi pelaku usaha meningkat," kata Josua.
Ketiga, ekspektasi suku bunga yang turun juga akan mendorong pertumbuhan kredit pada tahun ini.
Menurutnya, secara sektoral, terdapat peluang permintaan kredit yang tinggi tahun ini. Di tengah kondisi ekonomi China serta Amerika Serikat (AS) yang melambat, sektor-sektor yang berorientasi domestik akan resilien. Maka, sektor prospektif adalah sektor makanan minuman, pengolahan mineral dasar, dan sektor manufaktur.
"Permintaan kredit konsumsi juga akan tumbuh baik dengan tingkat risiko kredit kecil," tutur Josua.