Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mega Syariah (BMS) membukukan laba bersih Rp50,06 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini atau kuartal I/2024, turun 35,98% secara tahunan (year on year/yoy), dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp78,2 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, penurunan laba bank didorong oleh penyusutan pendapatan setelah distribusi bagi hasil 19,13% yoy menjadi Rp159,05 miliar pada kuartal I/2024.
Net operation margin (NOM) Bank Mega Syariah juga susut dari 2,28% pada Maret 2023 menjadi 1,7% pada Maret 2024.
Bank Mega Syariah juga mencatatkan penurunan pendapatan berbasis komisi atau fee based income 21,83% yoy menjadi Rp10,14 miliar.
Sementara itu, kemampuan efisiensi bank syariah milik konglomerat Chairul Tanjung ini menurun. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) membengkak dari 71,19% pada Maret 2023 menjadi 79,62% pada Maret 2024. Semakin naik rasio BOPO menunjukkan semakin tidak efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.
Rasio profitabilitas BMS pun memburuk jika dilihat dari tingkat pengembalian aset (return on esser/ROA) yang turun dari 2,38% pada Maret 2023 menjadi 1,72% pada Maret 2024. Artinya, kemampuan bank dalam mendayagunakan asetnya untuk memperoleh keuntungan menurun.
Baca Juga
Tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) juga turun dari 13,7% pada Maret 2023 menjadi 7,81% pada Maret 2024. Artinya, semakin turun kinerja bank dalam menghasilkan laba bersih melalui modalnya.
Dari sisi intermediasi, Bank Mega Syariah telah menyalurkan pembiayaan Rp7 triliun pada kuartal I/2024, turun 1,14%. Aset bank pun turun 10,54% yoy menjadi Rp15,38 triliun.
Meski begitu, Bank Mega Syariah berhasil menjaga kualitas asetnya. Tercatat, rasio pembiayaan bermasalah (nonperforming financing/NPF) gross turun dari 1,07% pada Maret 2023 menjadi 0,92% pada Maret 2024. NPF net juga turun dari 0,82% ke level 0,76%.
Adapun, Bank Mega Syariah telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp9,98 triliun pada tiga bulan pertama 2024, turun 28,94% yoy.