Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan manajer investasi Syailendra Capital bersiap masuk ke ekosistem dana pensiun di Indonesia dengan menyelenggarakan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Syailendra Capital telah memiliki dana kelolaan atau asset under management (AUM) lebih dari Rp25 triliun dan saat ini sedang dalam tahap kajian akhir untuk merealisasikan DPLK.
Direktur Syailendra Capital, Gunanta Afrima, mengatakan kehadiran manajer investasi di dalam ekosistem dana pensiun Indonesia akan membawa dampak positif.
"Berkaca dari salah satu regulasi terbaru pemerintah di PP 45/2015 yang resmi mengubah usia pensiun di Indonesia, dari sebelumnya di usia 56 tahun menjadi 59 tahun menunjukkan bahwa kehadiran dan keahlian mumpuni dari pengelola dana pensiun sangatlah penting," kata Gunanta kepada Bisnis, Kamis (9/1/2025).
Gunanta melihat saat ini tingkat partisipasi peserta dana pensiun di Indonesia masih sangat kecil. Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang menunjukkan bahwa tingkat literasi dana pensiun meningkat menjadi 30,46% pada 2022 dibanding 14,13% pada 2021. Namun, tingkat inklusi dana pensiun justru menurun dari 6,18% pada 2021 menjadi 5,42% pada 2022.
"Artinya, tingkat pengetahuan masyarakat pentingnya dana pensiun meningkat, namun ketersediaan akses dan kepemilikan dana pensiun justru berkurang sehingga membutuhkan partisipasi yang lebih aktif dari pelaku pasar modal, termasuk asset management," tegasnya.
Indikator lain dana pensiun di Indonesia belum optimal adalah dari indeks pensiun di Indonesia. Gunanta menjelaskan, berdasarkan laporan Mercer CFA Institute Global Pension Index 2023 menunjukkan indeks pensiun di Indonesia hanya sebesar 51,8 (grade C), masih jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Singapora dengan skor 76,3 (grade B+).
Baca Juga
"Gap yang lebar ini harapannya bisa dipersempit dengan partisipasi aktif dari asset management," pungkasnya.