Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja laba kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD) diprediksi akan kembali turun pada 2025 seiring dengan masih tingginya biaya bunga yang mengacu kepada suku bunga bank sentral BI Rate saat ini pada level 5,75%.
Data Statistik Perbankan Indonesia dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diakses Senin (17/3/2025) mencatat laba bersih kelompok BPD sebesar Rp13 triliun per Desember 2024. Catatan tersebut turun sebesar 10,45% yoy dibandingkan dengan perolehan pada Desember 2023 sebesar Rp14,52 triliun.
Salah satu faktor penekan laba kelompok BPD adalah beban bunga yang naik dari Rp67,43 triliun pada 2023 menjadi Rp76.52 triliun pada akhir 2024.
Terkait hal tersebut, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan memperkirakan tingkat laba BPD pada 2025 juga akan kembali menurun. Menurutnya, lesunya kinerja BPD seiring dengan masih tingginya biaya bunga.
Dia menuturkan, tingginya biaya bunga membuat BPD pun perlu menjaga likuiditasnya sepanjang tahun ini.
"Tingkat laba BPD tahun ini menurut saya akan bervariasi dan cenderung menurun, yang masih berkaitan dengan likuiditas dan beban CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai)," Kata Trioksa saat dihubungi, Senin (17/3/2025).
Baca Juga
Trioksa menuturkan, tantangan bagi BPD ke depannya adalah upaya untuk meningkatkan dana murah. Selain itu, BPD juga harus mengimbanginya dengan melakukan efisiensi operasional dan menekan beban CKPN.
Secara terpisah, pengamat perbankan dan sistem pembayaran, Arianto Muditomo mengatakan, prospek kinerja BPD pada tahun ini masih akan cukup menantang. Hal tersebut seiring dengan kondisi likuiditas yang semakin ketat di industri perbankan dan tekanan pada biaya dana yang terus meningkat.
Dia menjelaskan, tren kenaikan suku bunga simpanan, persaingan ketat dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK), serta meningkatnya biaya pendanaan dapat terus menekan net interest margin (NIM) atau margin bunga bersih.
"Namun, BPD yang mampu mengelola efisiensi operasional, melakukan diversifikasi pendapatan, dan memperkuat layanan digital berpotensi menjaga profitabilitasnya di tengah tekanan eksternal yang ada," jelas Arianto.
Arianto melanjutkan, selain dari sisi likuiditas dan peningkatan biaya dana, BPD juga harus bersaing dengan bank umum dalam menarik simpanan dan penyaluran kredit.
Selain itu, BPD juga perlu meningkatkan daya saing teknologi digitalnya untuk tetap relevan di era perbankan digital. Hal tersebut mengingat mayoritas kelompok BPD masih tertinggal dalam inovasi layanan berbasis teknologi.