Bisnis.com, JAKARTA - Para platform kredit digital alias pinjaman online (pinjol) legal, baik yang berlisensi multifinance maupun fintech P2P lending, tampak mulai dikenal baik oleh masyarakat.
Hal ini terungkap berdasarkan Survei DSinnovative bertajuk Fintech Report 2021 'The Convergence of (Digital) Financial Services' yang menguji tingkat pengetahuan 1.500 responden terhadap berbagai layanan fintech.
Hasil riset mengungkap awareness para responden terhadap para platform kredit digital dibandingkan platform fintech dari klaster lain terbilang baik, karena menduduki posisi tiga besar. Memang masih kalah dari kesadaran terhadap e-money dan dompet digital, namun berhasil mengungguli platform investasi online, P2P lending produktif, insurtech, dan crowdfunding.
Secara terperinci, 68,9 persen responden sudah mengenali siapa saja platform yang bermain di skema bayar tunda alias paylater, sementara 53,1 persen mengenali platform fintech P2P lending yang mengakomodasi pinjaman konsumtif.
Terkhusus layanan dana tunai, multifinance bagian Akulaku Group, yaitu PT Akulaku Finance Indonesia menjadi jawara, karena berhasil dikenal oleh 82,1 persen responden. Akulaku juga tak terkalahkan dari sisi top of mind atau responden sendiri yang menyebutkan nama platform, yaitu 28,8 persen dari total responden.
Menyusul sebagai pesaing terdekat Akulaku, multifinance dengan merek Kredivo besutan PT FinAccel Finance Indonesia kokoh menduduki posisi kedua dari sisi awareness maupun top of mind, masing-masing 64,2 persen dan 14,9 persen dari total responden.
Baca Juga
Adapun, platform cash loan lain yang setidaknya berhasil mendapatkan awareness lebih dari separuh total responden diraih Kredit Pintar, fintech besutan PT Kredit Pintar Indonesia, serta Home Credit, multifinance yang terkenal melayani cicilan buat alat elektronik dan barang rumah tangga.
Sisanya, para penghuni papan tengah diisi para fintech P2P klaster konsumtif seperti EasyCash, AdaKami, Indodana, DanaRupiah, TunaiKita, Rupiah Cepat, dan Tunaiku. Selain itu, yang baru terkenal di kisaran 10 persen responden, yaitu Julo, AdaPundi, KTA Kilat, UangMe, Pinjam Yuk, dan UKU.
Beralih ke awareness terkait para pemain layanan paylater, SPayLater alias ShopeePayLater menjadi juara. Sebaliknya, Akulaku justru mendapat urutan paling buncit, karena ternyata hanya 10,4 persen responden saja yang sadar bahwa Akulaku juga memiliki produk paylater.
Riset membuktikan pamor SPayLater begitu kuat, karena dikenal 96,6 persen total responden. Penyedia paylater khusus e-commerce Shopee hasil kerja sama dengan fintech PT Lentera Dana Nusantara ini bahkan menjadi satu-satunya yang bisa menembus top of mind lebih dari separuh responden, tepatnya 53,2 persen.
Penyedia paylater terkenal di peringkat kedua dan ketiga diambil Kredivo dan Gopaylater, yang sama-sama berhasil dikenali 65,6 persen. Namun, dari sisi top of mind, Kredivo yang berhasil mengambil persentase 9,4 persen harus mengaku kalah dari platform besutan Gojek dan fintech Findaya itu, karena Gopaylater berhasil disebut oleh 17,3 persen responden.
Adapun, platform paylater lain yang dikenal para responden, yaitu Traveloka Paylater (40,5 persen), Home Credit (20,9 persen), Indodana (13,6 persen), dan posisi terakhir buat Akulaku.
Sementara itu, terkait pengalaman para responden menjadi pengguna platform, urutannya tak banyak berubah buat pemain cash loan. Lima besar diambil Akulaku, Kredivo, Kredit Pintar, Home Credit, dan EasyCash.
Urutan yang lebih menarik justru berada di hasil survei 509 responden yang memiliki pengalaman menjadi pengguna paylater. Di mana, justru SPayLater (78,4 persen) dan Gopaylater (33,8 persen) mendominasi, baru disusul Kredivo (23,2 persen) dan Akulaku (20,4 persen).
Hal ini mencerminkan hubungan erat antara minat mencoba layanan paylater dengan transaksi yang berasal dari ekosistem layanan digital di baliknya. Dalam kasus ini, tepatnya transaksi di platform belanja online Shopee atau kebutuhan pesan ojek online dan pesan makanan dari platform ride-hailing Gojek.
Terakhir, dari 1.435 responden yang berminat mencoba layanan fintech dalam waktu dekat, 11,1 persen di antaranya berminat mulai mencoba paylater, sementara 9,2 persen berminat mencoba pinjaman dana tunai digital via fintech P2P lending.
Mayoritas responden, tepatnya 26,7 persen tampak lebih tertarik mencoba platform fintech yang mengakomodasi investasi online alias wealth management (wealth-tech), disusul 20,7 persen berniat aktif menggunakan dompet digital di tahun depan, serta 12,1 persen responden berminat menjadi pengguna fintech P2P lending klaster produktif.