Bisnis.com, JAKARTA — PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) mengungkap suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate yang bertahan di level tinggi 6% menjadi tantangan yang dihadapi perusahaan pada tahun ini.
Direktur Pelaksana & Chief Financial Officer IIF Rizki Pribadi Hasan menuturkan pihaknya mengharapkan arah suku bunga dapat berbalik pada semester II/2024 mendatang.
“Tantangannya, suku bunga masih tinggi tapi kecenderungannya bakal mengalami penurunan di semester II, mungkin ini menjadi bantuan untuk kita supaya bisa meningkatkan [penyaluran kredit infrastruktur] lebih. Artinya, secara umum kami akan tetap tumbuh,” ujar Rizki saat ditemui di Jakarta, Senin (29/1/2024).
Di sisi lain, Rizki mengatakan bahwa pemilihan umum (pemilu) 2024, membuat sejumlah investor menahan diri membuat keputusan strategis. Meski demikian, pemilu telah ikut menggerakkan perekonomian.
“Di satu sisi, mungkin juga ada kemunduran dari keputusan strategis tapi, kita jalani saja. Sebenarnya Indonesia telah mempunyai roadmap yang jelas, jadi kami ikut saja dan kami rasa perubahan politik itu baik untuk pertumbuhan Indonesia,” ungkapnya.
Sementara itu, Presiden Direktur & Chief Executive Officer IIF Reynaldi Hermansjah mengatakan bahwa di tahun ini perusahaan akan membangun infrastruktur dengan konsep keberlanjutan, baik environment, social, dan governance (ESG).
Baca Juga
Menurutnya, pembangunan infrastruktur membutuhkan kompleksitas yang tinggi. “Kompleksitas yang tinggi khususnya bagi kami untuk menyiarkan konsep ESG. Tapi itu bukan kesulitan, tetapi tantangan yang akan selalu kita usahakan untuk kita capai,” ungkapnya.
IIF Terbitkan Obligasi
Sementara pada sisi pendanaan, IIF menyampaikan bahwa perusahaan baru saja menerbitkan dua jenis surat utang (obligasi). Pertama, obligasi senilai Rp500 miliar berdasarkan PUB II, di mana PUB perusahaan mencapai Rp3 triliun.
Obligasi kedua, yaitu berupa surat berharga perpetual hijau yang pertama tercatat di Bursa. Dana segar yang berhasil dihimpun dari obligasi ini adalah senilai Rp335,19 miliar dengan tujuan untuk dana pembiayaan infrastruktur.
Adapun di tahun ini, Indonesia Infrastructure Finance akan menjajaki obligasi sesuai kebutuhan pendanaan maupun situasi pasar.
Selain obligasi, IIF menyampaikan bahwa pendanaan perusahaan juga bersumber dari pinjaman perbankan. “Kombinasi saja [obligasi dan pinjaman perbankan], jadi kami lihat mana yang memberikan kita biaya yang paling efektif,” pungkasnya.