Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih menanti adanya bank syariah besar di Tanah Air sekaliber PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS). Konsolidasi antar bank syariah pun digencarkan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan saat ini total ada 13 bank umum syariah (BUS) dan 20 unit usaha syariah (UUS) yang beroperasi di Indonesia. Namun, para pemain di industri bank syariah itu rata-rata memiliki aset kecil.
Ada 11 BUS dan 17 UUS yang asetnya masih di bawah Rp40 triliun. "Hanya satu bank syariah yang punya aset di atas Rp100 triliun," kata Dian dalam acara Peluncuran Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah (RP3SI) 2023-2027 pada Senin (27/11/2023).
Bank syariah yang dimaksud Dian adalah BSI. Bank hasil merger dari Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan Bank BRI Syariah ini memang menjadi raksasa sendiri di industri perbankan syariah. BSI telah mencatatkan aset sebesar Rp319,84 triliun pada kuartal III/2023, naik 14,2% secara tahunan (year on year/yoy).
Aset BSI berbeda jauh dibandingkan dengan bank syariah lainnya. PT Bank Muamalat Tbk. yang berada di posisi kedua saja mencatatkan aset Rp66,2 triliun per 30 September 2023. Kemudian unit usaha syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) atau CIMB Niaga Syariah yang berada di posisi ketiga mencatatkan aset sebesar Rp61,46 triliun pada kuartal III/2023.
Menurut Dian sturktur pasar ini tidak ideal dan hanya dikuasai satu BUS besar saja. "Sehingga OJK mendorong konsolidasi, industri perbankan syariah punya dua atau tiga bank skala besar agar kompetitif," kata Dian.
Baca Juga
Ada sejumlah siasat dari OJK agar lahir bank syariah berskala besar pesaing BSI. "OJK mengeluarkan POJK [Peraturan OJK] tentang penguatan perbankan syariah melalui spin off, ada POJK tata kelola perbankan syariah, ada juga SE [surat edaran] OJK terkait manajemen risiko perbankan syariah," ujarnya.
Ditambah, OJK meluncurkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah (RP3SI) 2023-2027. "Roadmap ini memberikan arah kebijakan strategis industri dari supply side dan demand side," kata Dian.
Dian menjelaskan bahwa RP3SI 2023-2027 terbagi ke dalam lima pilar utama dari arah kebijakan, yaitu penguatan strukturdan ketahanan industri perbankan syariah, akselerasi digitalisasi perbankan syariah, penguatan karakteristik perbankan syariah, peningkatan kontribusi perbankan syariah dalam perekonomian nasional, dan penguatan pengaturan, perizinan, serta pengawasan perbankan syariah.
Menurutnya, penguatan industri perbankan syariah juga diperlukan karena saat ini pangsa aset bank syariah di Indonesia masih kecil, yakni 7,27% dari keseluruhan industri perbankan per September 2023.
Sebelumnya, Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo sepakat bahwa BSI memang memerlukan pesaing, hal ini demi mendorong pertumbuhan industri syariah.
Bahkan, dia melihat bahwa kehadiran pemain perbankan syariah lainnya justru akan menjadi 'trading partner' dengan BSI. “Kalau kita mau mendorong pertumbuhan, there has to be more big players. Jadi, dengan adanya insitusi lain at the same size at the same level yang bisa berjuang untuk mendorong inklusi keuangan syariah lebih lanjut,” ujarnya pada awak media, beberapa pekan lalu (17/11/2023).
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan juga mengatakan pasar bank syariah di Indonesia memang masih terbuka lebar. Ekosistem syariah juga perlu dikembangkan.
"Dengan hadirnya bank syariah besar baru maka akan meramaikan industri bank syariah di Indonesia," ujar Trioksa.
Rencana Konsolidasi
Sejalan dengan harapan OJK, terdapat bank yang menggalang aksi konsolidasi. Salah satu bank yakni PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) akan menjalankan spin off UUS mereka atau BTN Syariah menjadi BUS melalui langkah konsolidasi. Kabar terbaru, aksi konsolidasi berupa akuisisi BTN itu direncanakan dengan menyasar Bank Muamalat.
Corporate Secretary BTN Ramon Armando mengatakan terkait kabar akuisisi kepada Bank Muamalat, dalam 12 bulan mendatang BTN memang memiliki beberapa rencana aksi korporasi, salah satunya melakukan spin off UUS menjadi BUS. Rencana aksi korporasi dimaksud telah tercantum pada rencana bisnis bank (RBB) dan aksi korporasi akan dipublikasikan setelah ada persetujuan dari regulator.
Saat ini BTN memang sedang mempersiapkan opsi untuk melakukan spin off UUS jadi BUS. Adapun, proses spin off terus berjalan dengan mengkaji opsi yang paling efisien, mudah dan cepat dilaksanakan.
Opsi pertama yaitu akan mendirikan perusahaan baru atau meminta lisensi baru untuk BUS. Kemudian opsi kedua yaitu melakukan akuisisi bank syariah yang sudah ada. Perusahaan juga telah menerbitkan laporan keuangan kuartal III/2023 yang telah direviu oleh kantor akuntan publik EY.
"Untuk melaksanakan opsi kedua, perseroan sedang melakukan penjajakan dengan beberapa bank syariah yang ada dan terus berkomunikasi untuk mendapatkan penawaran terbaik," jawab Ramon di keterbukaan informasi pada beberapa pekan lalu (13/11/2023).