Bisnis.com, JAKARTA — PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) menargetkan pertumbuhan dua digit sepanjang tahun naga kayu 2024.
Presiden Direktur IIF Reynaldi Hermansjah mengatakan perusahaan akan menjaga pertumbuhan, baik dari sisi laba bersih maupun pendapatan usaha, di dua digit sama seperti tahun sebelumnya.
“Di tahun ini kami mungkin mencoba bisa mendapatkan pertumbuhan double digit,” kata Reynaldi saat ditemui di Jakarta, Senin (29/1/2024).
Sepanjang 2023, Reynaldi mengatakan bahwa IIF mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 23% dibandingkan tahun sebelumnya. Dia juga menyebut pendapatan usaha juga tumbuh cukup baik meski tidak menjabarkan detailnya.
Reynaldi menuturkan bahwa raihan dua digit pada tahun lalu berasal dari pembangunan pembiayaan infrastruktur dan dikontribusi oleh tiga tertinggi, yaitu renewable energies, telecommunication, toll route atau jalan tol. “Tiga besar itu yang mendorong,” ungkapnya.
Direktur Pelaksana & Chief Financial Officer IIF Rizki Pribadi Hasan menuturkan perusahaan menargetkan agar pembiayaan terus mengalami peningkatan. “Harapan kita di 2024 ini tumbuhnya sekitar 10%,” ujarnya.
Baca Juga
Pada tahun naga kayu 2024 ini, Rizki menuturkan bahwa IIF menyasar semua sektor, salah satunya infrastruktur untuk ketahanan pangan mulai dari food storage hingga logistik.
“Jadi artinya, ketahanan pangan itu sangat sangat luas, kami akan masuk ke sektor yang mendukung ketahanan pangan,” ungkapnya.
Menutup tahun 2023, Rizki menyampaikan bahwa IIF membukukan pendapatan lebih dari Rp1,3 triliun atau tumbuh di kisaran 10%—15% dengan pertumbuhan double digit sesuai rencana di tahun 2023.
Rizki merincikan pendapatan usaha perusahaan terdiri dari pendapatan bunga dan non bunga. Perinciannya, pendapatan non bunga tumbuh cukup signifikan dan porsi terbesar berasal dari pendapatan bunga.
“Ada beberapa yang di atas target, tapi ada juga target yang nggak sesuai target, tapi secara keseluruhan kita sudah berada di atas target,” ujarnya.
Di sisi lain, Rizki menambahkan penyaluran pembiayaan perusahaan masih meningkat meski kondisi suku bunga tinggi. “Yang biasanya menghambat investasi aset tetapi secara umum tumbuh, secara rata-rata tumbuhnya sekitar 2—3% dari sisi pembiayaan,” imbuhnya.
Merujuk laporan keuangan perusahaan, per 30 Juni 2023, rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) IIF masing-masing sebesar 4,10% untuk gross dan 2,90% untuk neto.
Sementara itu, Indonesia Infrastructure Finance membukukan total aset senilai Rp15,07 triliun pada akhir Juni 2023, turun 8,61% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd) dari Rp16,49 triliun.
Kemudian, total liabilitas juga turun 9,99% ytd dari Rp14,19 triliun menjadi Rp12,77 triliun. Penurunan juga terjadi pada total ekuitas menjadi Rp2,3 triliun, turun tipis 0,07% ytd.
Namun demikian, Indonesia Infrastructure Finance membukukan pendapatan usaha senilai Rp645,86 miliar atau meningkat 27,37% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp507,08 miliar.
Pendapatan tersebut salah satunya ditopang oleh pendapatan bunga yang menguat 26,42% yoy dari Rp483,99 miliar menjadi Rp611,88 miliar.
Di sisi lain, beban usaha IIF melonjak 25,56% yoy menjadi Rp592,46 miliar dari Rp471,85 miliar. Dari sana, laba bersih setelah pajak perusahaan naik 30,46% yoy dari Rp27,13 miliar menjadi Rp35,39 miliar pada Juni 2023.